REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang praktisi teknologi dari Amerika Serikat, Kate O'Neill berpendapat tantangan 10 tahun yang sedang populer di media sosial bisa saja bertujuan melatih algoritma mesin yang berhubungan dengan teknologi pengenal wajah.
"Saya tidak bermaksud mengklaim ini berbahaya. Saya tahu, skenario tentang pengenal wajah ini masuk akal, indikasi tren ini harus diperhatikan. Perlu diperhatikan kedalaman dan keluasan data pribadi yang kita bagikan tanpa syarat," tulis O'Neill di laman Wired, Rabu (16/1).
Tantangan 10 tahun meminta warganet mengunggah dua foto yang masing-masing berjarak 10 tahun. Argumen O'Neill, untuk melatih algoritma mengenai facial recognition atau pengenal wajah, membutuhkan banyak data mengenai karekteristik wajah seiring dengan pertambahan usia.
Mesin bisa saja membaca foto profil yang diunggah ke Facebook, misalnya, namun cara seperti itu kurang efektif. Pengguna bisa tidak menggunakan wajah mereka di foto profil atau mereka memasang foto yang bukan berasal dari tahun tersebut.
Agar lebih mudah, foto diberi label foto dulu dan sekarang agar mesin dapat mempelajari perubahan yang terjadi di wajah selama 10 tahun. Cara mengumpulkan sampel penelitian pun dibuat lebih menarik dengan membuatnya sebagai tantangan. Dalam tantangan, orang cenderung mematuhi aturan dengan benar-benar memberikan foto yang berjarak 10 tahun.
Data yang terkumpul pun akhirnya lebih spesifik, yang benar-benar berjumlah 10 tahun. Algoritma pengenal wajah pun sudah terlatih dengan canggih, memanfaatkan tanda pagar yang digunakan dalam tantangan ini, mereka bisa memilah mana sampel yang akan digunakan untuk machine learning.
Misalnya, jika ada foto kucing 10 tahun lalu dengan yang sekarang, mesin akan mengabaikannya. Apakah berbahaya jika foto kita digunakan untuk melatih algoritma mesin?
Menurut O'Neill tidak perlu begitu khawatir. Dia memberikan contoh kasus bagaimana data tersebut digunakan.
Contoh kasus termudah, teknologi pengenal wajah dapat digunakan untuk mencari anak yang hilang. Jika anak tersebut hilang selama beberapa lama, mungkin akan ada yang berubah dari wajahnya. Algoritma yang memiliki progress pertambahan umur yang tepercaya dapat membantu kasus-kasus seperti ini.
Kedua, pengenal usia bisa jadi digunakan untuk iklan target. Diperkirakan akan muncul iklan jenis baru yang melibatkan kamera dan sensor. Iklan tersebut akan terkirim sesuai dengan demografi kelompok usia.
Untuk contoh yang lebih kompleks, O'Neill mengambil ilustrasi pengenal wajah secara terkini atau real time yang diperkenalkan Amazon pada 2016. Mereka menjual teknologi tersebut ke kantor pemerintahan dan penegak hukum.
Meski berguna untuk mengusut kasus kriminal, banyak yang mengkhawatirkan teknologi pengenal wajah juga digunakan melacak orang-orang yang tidak bersalah.
American Civil Liberties Union dan beberapa pemegang saham serta karyawan di Amazon meminta perusahaan menghentikan penjualan layanan tersebut. Melalui analisisnya tersebut, O'Neill meminta pelaku bisnis menggunakan data konsumen dengan sebaik-baiknya. Bagi konsumen, mereka juga diminta memperlakukan data secara bijak.