Kamis 10 Jan 2019 08:15 WIB

Apakah Sarapan Buat Tubuh Lebih Sehat dan Lebih Kurus?

Yang paling penting adalah apa yang kita makan untuk sarapan.

Rep: MGROL116/ Red: Ani Nursalikah
Jangan mengabaikan kebiasaan sarapan.
Foto: pixabay
Jangan mengabaikan kebiasaan sarapan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sarapan adalah makanan yang paling penting. Namun, banyak orang yang yakin jika melewatkan sarapan adalah bagian dari program diet. Menurut Asosiasi Ahli Diet Ingris (BDA), hanya dua pertiga orang dewasa di Inggris dan sekitar tiga perempat orang di Amerika yang sarapan secara teratur.

Sarapan dianggap penting karena dianggap sebagai makanan pembuka setelah tidak makan selama tidur semalaman. "Tubuh menggunakan banyak cadangan energi untuk pertumbuhan dan perbaikan sepanjang malam," kata ahli gizi, Sarah Elder seperti yang dikutip laman BBC.

Baca Juga

Dia menjelaskan sarapan yang seimbang membantu meningkatkan energi dan protein serta kalsium yang digunakan tubuh sepanjang malam. Tetapi ada perselisihan yang meluas tentang apakah sarapan harus bertahan di posisi teratas dalam makanan. Selain meningkatnya popularitas diet puasa, ada kekhawatiran seputar kandungan gula sereal dan keterlibatan industri makanan dalam penelitian pro-sarapan. Bahkan teedapat klaim dari akademisi sarapan itu 'berbahaya'.

Aspek sarapan yang paling banyak diteliti adalah kaitannya dengan obesitas. Para ilmuwan memiliki teori yang berbeda tentang mengapa ada hubungan di antara keduanya.

Dalam satu penelitian di AS yang menganalisis data kesehatan 50 ribu orang selama tujuh tahun, para peneliti menemukan mereka yang membuat sarapan sebagai makanan terbesar pada hari itu cenderung memiliki indeks massa tubuh (BMI) yang lebih rendah daripada mereka yang makan siang besar atau makan malam.

Para peneliti berpendapat sarapan membantu meningkatkan rasa kenyang, mengurangi asupan kalori harian, meningkatkan kualitas makanan karena sarapan sering kali lebih tinggi serat dan nutrisi, dan meningkatkan sensitivitas insulin pada makanan berikutnya yang dapat menjadi risiko diabetes. Para peneliti merancang sebuah studi di mana 52 wanita gemuk mengambil bagian dalam program penurunan berat badan selama 12 pekan. Semua memiliki jumlah kalori yang sama sepanjang hari, tetapi setengahnya sarapan, sementara separuh lainnya tidak.

Apa yang mereka temukan adalah bukan sarapan yang menyebabkan para peserta menurunkan berat badan, tetapi sarapan mengubah rutinitas normal mereka. Mereka yang biasanya melewatkan sarapan kehilangan 7,7 Kg ketika mereka mulai membiasakan sarapan dan hanya kehilangan 6 Kg ketika mereka terus melewatkan sarapan.

Sarapan bukan jaminan penurunan berat badan. Namun, ada hubungan antara obesitas dan melewatkan sarapan.

Profesor kedokteran metabolisme di Pusat Diabetes, Endokrinologi, dan Metabolisme Oxford, Fredrik Karpe, berpendapat ini bukan masalahnya. Alih-alih, kadar kortisol yang lebih tinggi di pagi hari hanyalah bagian dari ritme alami tubuh.

Tidak hanya itu, dia juga mengatakan sarapan adalah kunci memulai metabolisme. “Agar jaringan lain merespons asupan makanan dengan baik, Anda memerlukan pemicu awal yang melibatkan karbohidrat merespons insulin. Sarapan sangat penting untuk hal ini terjadi,” kata Karpe.

Sebuah uji coba kontrol acak yang diterbitkan tahun lalu yang melibatkan 18 orang dengan diabetes dan 18 orang tanpa diabetes menemukan melewatkan sarapan mengganggu ritme sirkadian dari kedua kelompok dan menyebabkan lonjakan yang lebih besar dalam kadar glukosa darah setelah makan.

Para peneliti menyimpulkan, sarapan sangat penting untuk menjaga jam tubuh kita berjalan tepat waktu. Para peneliti dari Universitas Surrey dan Universitas Aberdeen setengah jalan melalui penelitian mencari mekanisme di balik bagaimana waktu makan mempengaruhi berat badan. Temuan awal menunjukkan sarapan yang lebih besar bermanfaat untuk mengendalikan berat badan.

Sarapan diketahui mempengaruhi lebih dari sekadar berat badan. Melewatkan sarapan dikaitkan dengan peningkatan 27 persen risiko penyakit jantung, risiko 21 persen lebih tinggi pada diabetes tipe 2 pada pria, dan risiko diabetes tipe 2 20 persen lebih tinggi pada wanita.

Salah satu alasannya mungkin nilai gizi sarapan. Sarapan juga dikaitkan dengan peningkatan fungsi otak, termasuk konsentrasi dan bahasa. Sebuah tinjauan dari 54 studi menemukan makan sarapan dapat meningkatkan daya ingat. Namun, salah satu peneliti ulasan, Mary Beth Spitznagel, mengatakan ada bukti sarapan dapat meningkatkan konsentrasi. Tidak ada penelitian yang menemukan makan sarapan buruk untuk konsentrasi.

Yang paling penting adalah apa yang kita makan untuk sarapan. Menurut penelitian oleh Organisasi Riset Ilmiah dan Industri Persemakmuran Australia, sarapan berprotein tinggi telah terbukti efektif dalam mengurangi hasrat dan konsumsi makanan di kemudian hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement