Jumat 28 Dec 2018 11:19 WIB

Menyikapi Masalah dari Perspektif Suprarasional

Cara berpikir suprarasional dapat diterapkan ke berbagai kalangan.

Pelatihan suprarasional bagi 110 orang tua siswa kelas reguler KPM, bertempat di SD Insan Kamil Bogor,  Ahad (23/12).
Foto: Klinik Pendidikan MIPA
Pelatihan suprarasional bagi 110 orang tua siswa kelas reguler KPM, bertempat di SD Insan Kamil Bogor, Ahad (23/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Setiap manusia pasti selalu berada dipusaran masalah, latar belakang dan golongan apapun permasalahan menjadi hal yang sering dijumpai setiap insan selama menjalani kehidupan. Namun, dibalik itu semua, apakah pernah terbesit dalam benak bahwa setiap masalah merupakan peluang untuk meninggikan derajat.

Hal ini juga jarang terpikirkan pada manusia yang tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah dengan tepat. Sehingga tak jarang pula hasil kebijakan dan keputusan yang terjadi kurang tepat sasaran.

Lalu, bagaimana cara menyikapi sebuah masalah dari perspektif cara berpikir suprarasional. Untuk menyelesaikan masalah Motivatir Suprarasional Arodhi mengatakan, harus memiliki wadah rezeki yang besar.

"Karena dalam cara berpikir suprarasional, wadah rezeki (tabungan jiwa) merupakan solusi untuk menyelesaikannya sekaligus meninggikan derajat seseorang. Semakin besar tabungan jiwanya, semakin tinggi pula derajat seseorang,” ujar Motivator Suprarasional, Arodhi, saat menjadi pembicara pada pelatihan suprarasional bagi 110 orang tua siswa kelas reguler KPM, bertempat di SD Insan Kamil Bogor,  Ahad (23/12) lalu.

photo
Pelatihan suprarasional bagi 110 orang tua siswa kelas reguler KPM, bertempat di SD Insan Kamil Bogor,  Ahad (23/12).

Arodhi juga mengungkapkan bahwa jika seseorang memiliki wadah rezeki yang sama persis dengan masalah yang dihadapi, artinya orang tersebut masih tergolong orang biasa. Sedangkan jika seseorang memiliki wadah rezeki yang melebih masalahnya, maka akan naik derajatnya.

“Mengapa demikian? Karena ciri orang yang memiliki wadah rezeki yang besar, adalah orang yang senantiasa melibatkan Tuhan Yang Maha Kuasa dalam proses menyelesaikan masalah,” katanya.

Apa yang baik menurut cara berpikir rasional belum tentu baik menurut cara berpikir suprarasional. Pilihlah kebaikan menurut cara berpikir suprarasional, karena hasil pemikiran ini pasti baik untuk di dunia dan akhirat.

Lewat pelatihan suprarasional yang digagas tim Klinik Pendidikan MIPA (KPM), tak hanya menebar dari sisi pendidikan saja, melainkan juga dapat membangun pondasi hidup dan cara berpikir.

“Sangat positif, karena apa yang menjadi keresahan selama ini telah terbongkar lewat pelatihan suprarasional. Selain itu, sifat materi pembahasan yang universal menjadi cara berpikir suprarasional dapat diterapkan ke berbagai kalangan,” kata Dianto Nugraha seperti dalam siaran persnya, Jumat (28/12).

Sementara itu, sejumlah langkah pun terus diperkuat oleh tim KPM kepada peserta, salah satunya dengan memberikan buku catatan “Merencanakan Kesusahan untuk Menambah Tabungan Jiwa,” agar spirit peserta dapat terus terjaga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement