REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semakin canggih teknologi yang dikembangkan, konsumen juga mengharapkan gawai mereka dapat melakukan pekerjaan yang lebih kompleks dalam kegiatan sehari-hari mereka. "Misalnya, ponsel pintar yang secara otomatis akan berpindah ke mode diam ketika penggunanya sedang sibuk," kata Manajer Pemasaran Pelanggan Ericsson Indonesia, Thomas Vidorrekto, saat pemaparan 10 Hot Consumer Trends 2019 di Jakarta, Kamis (20/12).
Riset ini mereka lakukan terhadap 5.000 responden di berbagai negara antara lain Jepang, Rusia, Inggris Raya, namun Indonesia tidak turut menjadi sampel dalam penelitian ini. Berikut ini hal-hal yang diinginkan konsumen ada di gawai serta sejumlah kekhawatiran mereka tentang teknologi di masa depan.
Awareable
Pengguna internet dan gawai tentu sudah tidak asing lagi dengan asisten virtual yang dapat melakukan sejumlah perintah melalui suara. Berdasarkan riset mereka, lebih dari 60 persen pengguna asisten virtual yakin perangkat bisa memahami suasana hati mereka dan akan menjadi umum pada tiga tahun ke depan.
Selain itu, 56 persen pengguna asisten virtual ingin pengeras suara pintar mereka bisa menyesuaikan volume suara mereka sendiri bergantung pada suasana hati penggunanya. Bahkan mereka lebih mempercayai asisten virtual untuk menyimpan rahasia mereka (sekitar 40 persen) dibandingkan manusia (sekitar 20 persen).
Smart quarrels
Pengeras suara pintar yang dilengkapi kecerdasan buatan dapat diperintahkan untuk mengaktifkan berbagai hal, mulai dari menyalakan lampu hingga mencari informasi cuaca. Sebanyak 31 persen responden memercayai asisten virtual mereka di masa depan bisa berdebat dengan mereka layaknya anggota keluarga. Sebanyak 66 persen menilai dalam tiga tahun ke depan, berbagai perangkat yang memiliki asisten virtual bisa saja terlibat perdebatan layaknya manusia memberikan pendapat.
Aplikasi pengumpul data
Lebih dari 45 persen konsumen mempercayai aplikasi yang mereka pakai tetap mengumpulkan data meski pun sedang tidak digunakan. Sebanyak 59 persen konsumen berpendapat mereka membutuhkan undang-undang mengenai perlindungan data.
Syarat dan ketentuan
Ketika ingin mengunduh sebuah aplikasi, konsumen biasanya diminta untuk menyetujui syarat dan ketentuan dengan memberi tanda di kolom persetujuan atau agreement. Seringkali, karena klausul terlalu panjang atau tidak memahami, konsumen langsung saja mengklik setuju tanpa membacanya. Sebanyak 51 persen konsumen merasa terganggu dengan cara seperti itu dan 46 persen berpendapat cara seperti itu sia-sia.
Panduan virtual
Lebih dari 50 persen pengguna augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) menginginkan aplikasi atau peralatan seperti kacamata dan sarung tangan yang bisa memberi panduan virtual, misalnya memasak.
Zero-touch consumption
Banyak responden yang ingin asisten virtual secara otomatis dapat memperpanjang tagihan atau langganan mereka. Ada juga yang menginginkan peralatan rumah tangga mereka memiliki kemampuan untuk mendeteksi kebutuhan sehari-hari apa saja yag sudah habis dan secara otomatis memesannya ke toko langganan mereka.
Mental obesity
Jika sekarang ini banyak yang mengalami kegemukan atau badan kurang bugar karena kurang beraktivitas fisik akibat terlalu banyak memakai gawai, di masa depan, konsumen khawatir mereka mengalami obesitas mental karena kurang berpikir. Terlalu banyak kegiatan yang secara otomatis dapat dilakukan oleh mesin membuat mereka jarang menggunakan kemampuan berpikir sehingga mereka perlu mendatangi mind gym alias pusat kebugaran pikiran.
Eco me
Sebanyak 39 persen konsumen ingin jam tangan pintar ramah lingkungan yang dapat mengukur jejak karbon mereka di muka bumi.
My digital twin
Sebanyak 48 konsumen memimpikan teknologi AR atau VR yang dapat membuat avatar online yang dapat menirukan ekspresi mereka sehingga seolah-olah mereka dapat melakukan kegiatan di tempat berbeda.
Misalnya, saat mengadakan rapat dan kita tidak bisa hadir langsung di lokasi, avatar tersebut dapat mewakili kehadiran kita di tempat itu.
5G automates society
Sebanyak 20 persen pengguna ponsel pintar yakin jaringan 5G akan lebih baik dalam menghubungkan perankat internet of things (IoT).