Kamis 20 Dec 2018 18:53 WIB

Mengapa Harus Beralih ke Jaringan 5G?

Jaringan 5G bisa mengisi spektrum frekuensi yang kosong.

Teknologi jaringan 5G. Ilustrasi
Foto: Techradar
Teknologi jaringan 5G. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring dengan tumbuhnya jumlah pengguna telepon pintar, teknologi jaringan generasi kelima atau sering disebut dengan 5G dinilai mampu menjawab kebutuhan konsumen akan data yang lebih cepat dan kapasitas yang lebih tinggi.

"Karena jumlah konsumen makin lama makin banyak, harus ada terobosan teknologi untuk memenuhi kebutuhan mereka," ujar Senior Manager Business Development Qualcomm Technologies, Dominikus Susanto, dalam workshop media Snapdragon Academy di Jakarta, Kamis (20/12).

Manfaat teknologi 5G tersebut, menurut Susanto, tidak hanya dapat dirasakan oleh pengguna, namun juga para operator jaringan yang akan mendapat keuntungan dengan menampung lebih banyak pelanggan. Peningkatan teknologi 5G sesuai dengan tiga fundamental dalam peningkatan konektivitas, yaitu cakupan, spektrum, dan kapasitas.

Salah satu hal yang cukup menentukan dari kualitas jaringan adalah wilayah cakupan. Susanto menganalogikan wilayah cakupan dengan riak air di mana semakin jauh dari pusat gelombang akan semakin lemah.

Gangguan yang ada dalam wilayah cakupan juga menjadi hal yang menentukan kualitas jaringan. Gangguan yang dimaksud, seperti tembok dan gedung.

"Gangguan tidak bisa dihilangkan karena akan banyak jaringan lain yang menggunakan sinyal yang sama. Maka perlu teknologi yang bisa menyaring hal-hal tersebut," kata Susanto.

Beberapa teknologi jaringan baru seperti 4G dan 5G, menurut Susanto, sudah menggunakan teknologi yang bisa menggunakan beberapa penerima dan pengirim sekaligus atau yang disebut multiple-input multiple-output (MiMo). Selanjutnya, untuk spektrum, Susanto mengatakan hal itu telah diatur oleh pemerintah masing-masing negara, namun spektrum tidak bisa dengan mudah ditambahkan.

Untuk mengatasi hal ini diciptakan teknologi jaringan yang bisa mengisi spektrum frekuensi yang kosong, yakni hadirnya jaringan 5G. "Kita bisa menggunakan frekuensi yang lebih tinggi, lebih tepatnya di atas 24 Ghz," ujar Susanto.

Frekuensi ini masih belum digunakan untuk saluran komunikasi sehingga dapat menciptakan jalur yang baru. Jaringan 5G juga memiliki teknologi yang bisa menggunakan dua tipe jaringan spektrum, yaitu licensed spectrum, seperti jaringan operator dan unlicensed spectrum, misalnya bluetooth dan Wi-Fi.

"Licensed dan unlicensed gabung sehingga lebih cepat lagi," kata dia.

Terakhir, kapasitas. Susanto menganalogikan hal ini dengan pipa air, saat dikucurkan dalam satu ember akan cepat, namun saat sumber air digunakan oleh beberapa keran secara bersamaan, maka kecepatan akan berkurang. Susanto mengatakan teknologi 5G mampu menjawab hal itu dengan membuat kecepatan lebih tinggi, latensi yang lebih rendah, dan kapasitas yang lebih besar.

Manfaat teknologi 5G

Susanto mengatakan teknologi 5G dapat digunakan dalam bidang industri, misalnya automasi mesin-mesin di pabrik. "Atau misalnya penerangan jalan, dengan adanya Internet of Things (IoT) semua terhubung, atau bisa mengetahui lampu jalan daerah mana yang mati yang harus dilakukan penggantian," ujar Susanto.

Contoh lainnya, dia mengatakan adalah meteran listrik. Dengan teknologi 5G petugas tidak lagi melakukan pencatatan secara manual, karena hal itu dapat dilakukan secara otomatis.

"Tidak perlu lagi menggunakan manusia untuk mengecek jumlah pemakaian listrik. Selain itu, 5G sangat memberi peluang untuk industri baru untuk penyedia aplikasi layanan baru akan makin bermunculan," kata Susanto.

Tidak hanya itu, teknologi 5G juga dapat digunakan untuk mobil swakemudi karena latensi yang rendah, juga memperkaya konten hiburan, tidak hanya terbatas pada video dan foto, namun juga realitas tertambah atau Augmented Reality (AR).

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement