REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memprediksikan setidaknya satu spesies tumbuhan di Indonesia punah setiap harinya dikarenakan perambahan hutan lindung.
"Memang untuk mengatakan berapa spesies tumbuhan Indonesia yang punah setiap hari tidak gampang, tapi prediksi kami minimal satu spesies punah setiap hari, untuk kondisi seperti ini," kata peneliti dari Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya LIPI Didik Widyatmoko di Jakarta, Selasa (18/12).
Dia menjelaskan, perambahan hutan lindung atau bahkan hutan konservasi yang dikonversi menjadi lahan perkebunan menjadi faktor terbesar penyebab kepunahan keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia. Dari hasil catatan penelitiannya, sekitar 10 juta hektare hutan dataran rendah di Sumatera telah hilang pada periode 1980 hingga 2000 dengan laju deforestasi tahunan mencapai 0,91 persen.
"Untuk Indonesia 'habitat loss' atau konversi lahan, kelapa sawit itu luar biasa. Kita tidak menyalahkan kelapa sawitnya itu, tapi manusianya yang tidak cerdas," kata Didik.
Dia menerangkan seharusnya lahan untuk pengembangan kelapa sawit tidak mengambil lahan hutan alam atau bahkan hutan konservasi karena berpengaruh sangat signifikan terhadap kepunahan keanekaragaman hayati di Indonesia.
"Hutan alami dibabat jadi kebun kelapa sawit, itu yang tidak bagus. Karena kita memusnahkan banyak sekali. Di Papua mulai banyak kelapa sawit, data terbaru itu melonjak sekali, itu sangat signifikan pada kepunahan. Harusnya kelapa sawit di tempat kelapa sawit, konservasi ya konservasi," kata dia.
Selain faktor tersebut, kepunahan tumbuhan Indonesia juga disebabkan oleh pemanfaatan yang berlebihan, spesia asing invasif, pencemaran lingkungan, perubahan iklim, dan faktor biologi spesies. Indonesia yang memiliki sekitar 89.326 spesies tumbuhan berspora dan 19.232 tumbuhan berbunga tumbuh di Indonesia.
Namun, ancaman kepunahan tumbuhan di Indonesia semakin serius dengan meningkatnya spesies terancam punah dari 386 spesies pada 2009 menjadi 437 spesies tumbuhan terancam punah pada 2018.
Didik mengatakan dari keanekaragaman hayati tersebut tersimpan kekayaan alam berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan yang bisa dimanfaatkan untuk keberlangsungan hidup manusia di masa datang.
"Mungkin orang tidak begitu paham, punahnya tumbuhan lalu so what? Tapi begitu kita teliti dengan detil, Masya Allah, di dalam tumbuhan kita tidak sadar dalam plasma nutfah itu ada keragaman luar biasa yang sebetulnya sebagai penjaminan hidup jangka panjang yang tersimpan," kata Didik.
Didik berpendapat ancaman kepunahan tumbuhan di Indonesia bisa diminimalkan dengan pembangunan kebun raya sebagai wilayah konservasi untuk menjaga kelangsungan alam. Hingga saat ini terdapat 37 kebun raya di Indonesia dan diharapkan dapat ditingkatkan minimal menjadi 47 kebun raya di 47 wilayah ekologi berbeda.