REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menabung merupakan sebuah aktivitas yang harus ditanamkan sejak dini. Dalam sebuah keluarga, menabung pun menjadi bekal untuk mempersiapkan masa depan. Dengan menabung, sebuah keluarga dapat menata masa depan lebih terencana dan lebih baik lagi. Tapi, bagaimana dengan tabungan jiwa?
Aktivitas menabung terkadang selalu dikaitkan berupa harta, benda, dan sebagainya. Namun, lain halnya dengan Klinik Pendidikan MIPA (KPM), yang memiliki cara berbeda, yakni dengan konsep Tabungan Jiwa.
Belum lama ini KPM menggelar pelatihan cara berpikir suprarasional bagi 138 orang tua siswa, Ahad (9/12) di SD Insan Kamil Bogor, Jawa Barat. Trainer cara berpikir suprarasional Moh. Arodhi, menegaskan pentingnya mengoptimalkan tabungan jiwa bagi sebuah keluarga.
Mendidik Anak, Investasi Dunia dan Akhirat
Sebuah keluarga itu terdiri dari ayah, ibu, dan anak, masing-masing individu tersebut memiliki potensi masalah yang dihadapi dan memiliki kesempatan untuk menyelesaikan. Menurut dia, setiap masalah akan terselesaikan jika melibatkan Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa dalam prosesnya.
"Mengapa? Karena sedianya manusia adalah makhluk Allah yang tak bisa terlepas dari kekurangan dan keterbatasan. Dengan keterbatasan ini tentu kita harus bergantung pada Allah Swt yang Maha Segalanya dalam setiap penyelesaian masalah,” kata Arodhi.
“Agar setiap masalah yang dihadapi tuntas diselesaikan berkat adanya Ridho Allah, maka sebuah keluarga harus memiliki tabungan jiwa. Bukan hanya memiliki saja, melainkan terus diperluas wadah rezekinya, agar manfaatnya dapat dirasakan ketika menghadapi masalah yang lebih besar,” ucap dia.
Arodhi pun mengungkapkan strategi untuk memperluas wadah rezeki dimulai dengan membangun kesadaran pentingnya tabungan jiwa. Setelah itu, mengoptimalkan tiga antena kehidupan, seperti: akal, hati, dan panca indera.
Agustin Evelin selaku peserta sekaligus orang tua dari Keysa Ayuningtya menyambut positif pelatihan yang diprakarsai Klinik Pendidikan MIPA ini. Ia menuturkan pelatihan ini sangat memotivasi diri dan keluarganya untuk terus memupuk semangat memperbanyak tabungan jiwa.
Peserta lainnya, Heru Dwinanto, berpendapat bahwa pelatihan yang berasaskan Suprarasional ini merupakan penghubung yang tepat dalam mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. “Saya rasa konsep ini perlu mendapat dukungan dari masyarakat. Sedianya, jika dilakukan bersama-bersama, InsyaAllah bukan hanya berkah bagi keluarga, namun berkah untuk bangsa,” kata dia.