Selasa 11 Dec 2018 03:35 WIB

Optimisme Konsumen Online Indonesia Termasuk Tertinggi Dunia

Jika dibandingkan dengan kuartal kedua 2018, Indonesia menurun.

Rep: Idealisa Masyafarina/ Red: Yudha Manggala P Putra
Calon pembeli melihat koleksi fashion terbaru mealui salah satu gerai E-Commerce melalui telfon genggamnya di Jakarta, Senin (31/7).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Calon pembeli melihat koleksi fashion terbaru mealui salah satu gerai E-Commerce melalui telfon genggamnya di Jakarta, Senin (31/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Meski tidak lagi di urutan tiga teratas, optimisme konsumen online Indonesia disebut masih termasuk yang tertinggi di dunia. Itu menurut survei The Conference Board Global Consumer Confidence Survey berkolaborasi dengan Nielsen.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia pada kuartal ketiga 2018 berada dalam posisi stabil dengan angka 126 poin persentase (pp). Tiga negara dengan konsumen teroptimistis di dunia adalah India (130), Vietnam (129), dan Malaysia (127). Ketiga negara tersebut mengalami kenaikan indeks yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Pada kuartal kedua 2018, India meraih indeks sebesar 124, Vietnam 120 dan Malaysia 117 pp. Dengan indeks 126, Indonesia menyusul di urutan keempat bersama dengan Filipina dan Pakistan. Jika dibandingkan dengan kuartal kedua 2018, Indonesia dan Filipina sama-sama menurun sedikit dari 127 sementara Pakistan naik secara signifikan dari 115 pp.

IKK dipengaruhi oleh tiga indikator, yaitu optimisme konsumen mengenai (1) Prospek Lapangan Kerja Lokal, (2) Keadaan Keuangan Pribadi, dan (3) Keinginan untuk Berbelanja; semua dalam 12 bulan ke depan. Untuk Indonesia, optimisme akan Prospek Lapangan Kerja Lokal meningkat dari 71 persen di kuartal kedua 2018 menjadi 73 persen di kuartal ketiga 2018.

Sementara itu, 79 persen konsumen memiliki persepsi positif mengenai Kondisi Keuangan Pribadi mereka, menurun dari 82 persen di kuartal kedua 2018. Lebih dari setengah (57 persen) konsumen mengatakan bahwa waktu 12 bulan ke depan adalah aktu yang baik untuk berbelanja barang-barang yang mereka inginkan dan butuhkan. Indikator terakhir ini menurun dari 63 persen di kuartal kedua 2018.

Secara global, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) stabil sebesar 106 poin pada kuartal ketiga di  2018 ini. Survei juga mengungkapkan 10 negara teroptimistis pada kuartal ketiga 2018 ini, secara berurutan adalah India (130), Vietnam (129), dan Malaysia (127), Indonesia (126), Pakistan (126), Filipina (126), Amerika Serikat (123), Denmark (122), China (112), Thailand (112),

Di sisi lain, sentimen konsumen online Indonesia mengenai keadaan resesi ekonomi meningkat cukup signifikan, dimana pada kuartal ketiga ini 61 persen konsumen setuju bahwa negara sedang berada dalam kondisi resesi ekonomi.

Angka ini meningkat 5 persen dibandingkan dengan kuartal kedua 2018. Sementara itu konsumen yang berpendapat bahwa negara tidak sedang berada dalam kondisi resesi ekonomi hanya 39 persen, menurun 5 persen dari kuartal sebelumnya yang sebesar 44 persen.

Menabung dan berinvestasi masih selalu jadi pilihan utama konsumen dalam memanfaatkan sisa dana setelah memenuhi kebutuhan hidup yang utama. Di kuartal ketiga 2018, 63 persen konsumen memilih untuk mengalokasikan dana cadangan mereka untuk menabung, 32 persen memilih untuk menggunakannya untuk Berlibur, dan 29 persen memilih untuk Berinvestasi di Saham atau Reksadana.

Pada kuartal ketiga tahun 2018 ini, Keadaan Ekonomi juga tetap menjadi kekhawatiran terbesar bagi 32 persen konsumen Indonesia. Kekhawatiran konsumen akan Stabilitas Politik meningkat menjadi 22 persen dibandingkan kuartal sebelumnya yang hanya 20 persen.

Sebanyak 18 persen konsumen Indonesia menyatakan kekhawatiran akan Keseimbangan Antara Pekerjaan dan Kehidupan, dan 15 persen merasa khawatir akan Kesehatan (15 persen). Di urutan kelima kekhawatiran konsumen Indonesia adalah mengenai Kesejahteraan dan Kebahagiaan Orang Tua yang turun dari kuartal sebelumnya (15 persen) menjadi 13 persen pada kuartal ketiga 2018 ini.

Managing Director, Nielsen Indonesia, Agus Nurudin mengatakan, terus meningkatnya sentimen konsumen mengenai resesi ekonomi sejak kuartal terakhir tahun lalu perlu diperhatikan, baik oleh pemerintah maupun oleh para pelaku industri.

"Perlu ada usaha-usaha lebih keras dari pemerintah untuk membuat konsumen tidak menganggap bahwa negara sedang dalam keadaan resesi ekonomi," tutur Agus dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (10/12).

Salah satunya dengan menjaga stabilitas politik menjelang pemilu tahun depan. Tidak dapat dipungkiri bahwa stabilitas politik akan mempengaruhi keadaan ekonomi. "Karena itu bila suhu politik dapat tetap terjaga atau bahkan dapat menjadi lebih ‘dingin’, konsumen akan lebih percaya diri dan sentimen mengenai resesi ekonomi akan dapat menurun," kata Agus.

Sentimen konsumen Indonesia mengenai resesi ekonomi memang terus meningkat sejak kuartal keempat 2017. Pada kuartal tersebut, sebanyak 53 persen konsumen menganggap bahwa negara sedang berada dalam keadaan resesi ekonomi. Persentase tersebut terus meningkat di kuartal I 2018 menjadi 55 persen, kemudian 56 persen di kuartal II 2018 dan meningkat tajam menjadi 61 persen di kuartal III 2018.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement