REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Macet dan polusi tak jarang membuat warga perkotaan stres. Untuk mengatasinya, layanan persewaan sepeda listrik MIGO Ebike hadir sebagai alternatif baru moda transportasi umum. Inovasi tersebut memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT).
Sejak Desember 2018, aplikasi MIGO Ebike sudah bisa diunduh lewat Play Store dan App Store. "MIGO Ebike yang ramah lingkungan dapat menjadi solusi untuk perjalanan urban jarak dekat," ungkap CEO MIGO Ebike, Tony Tao.
Dia mengutip data Air Visual bahwa Jakarta termasuk kota dengan tingkat polusi terburuk di dunia pada peringkat ke-11. Menurut laporan berjudul "2017 Traffic Scorecard" yang dihimpun Inrix, Jakarta berada di peringkat 12 di daftar kota termacet di dunia.
Dengan menggunakan sepeda listrik, kata dia, pengguna jalan turut berkontribusi menekan pencemaran udara. Selain itu, penggunaan MIGO Ebike juga mengurangi kemacetan. Sebab, dalam sehari satu sepeda listrik digunakan beberapa orang berbeda.
Peluncuran aplikasi penyewaan sepeda listrik MIGO Ebike di Jakarta, Kamis (6/12).
Chairman and Co-Founder MIGO Ebike, Howard Yu, menjelaskan MIGO Ebike terlebih dahulu hadir di Surabaya pada Agustus 2017. Mulai Desember 2018, perusahaan melakukan ekspansi ke Jakarta. Di Surabaya, MIGO Ebike telah menyediakan 1.000 sepeda listrik yang tersebar di 100 titik stasiun.
Saat ini, sudah ada 500 sepeda listrik di 90 stasiun di Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. Dalam tiga bulan ke depan, MIGO Ebike menargetkan keberadaan 300 station dan 2.000 sepeda listrik tersebar di seluruh Jakarta.
MIGO Ebike pun bisa menjadi lahan bisnis bagi masyarakat yang ingin bermitra. Mitra MIGO Ebike diajak bekerja sama mengelola stasiun dengan menyediakan lahan terbuka beserta satu staf penjaga yang akan membantu pelanggan melakukan transaksi.
"Kami berharap MIGO Ebike dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia melalui sarana transportasi. Para mitra pun bisa mendapatkan penghasilan tambahan dengan membuka stasiun MIGO Ebike," ujar Howard.