Kamis 06 Dec 2018 10:18 WIB

Gawat, Lapisan Es Greenland Mencair Lebih dari Perhitungan

NASA memperkirakan setiap tahunnya tinggi muka air laut bertambah 0,8 milimeter.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pemandangan sebuah bongkahan es raksasa berada di dekat pedesaan Innaarsuit, Avannaata, Barat Laut, Juli lalu. Pemerintah kota Avannaata memperingatkan warga untuk segera meninggalkan daerah pinggir laut tersebut karena dikhawatirkan es bisa menciptakan tsunami
Foto: MAGNUS KRISTENSEN/EPA
Pemandangan sebuah bongkahan es raksasa berada di dekat pedesaan Innaarsuit, Avannaata, Barat Laut, Juli lalu. Pemerintah kota Avannaata memperingatkan warga untuk segera meninggalkan daerah pinggir laut tersebut karena dikhawatirkan es bisa menciptakan tsunami

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para Ilmuwan menyatakan dalam makalah ilmiah yang diterbitkan pada Rabu (5/12) bahwa lapisan es Greenland meleleh pada tingkat yang lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Selain itu, berlanjutnya pemanasan global akan mempercepat pencairan dan berkontribusi terhadap naiknya permukaan laut.

Pada makalah yang diterbitkan Jurnal Nature itu, para ilmuwan dari Amerika Serikat, Belgia, dan Belanda menganalisis lapisan-lapisan meleleh dalam inti es di Greenland Barat untuk mengembangkan catatan yang mencakup 350 tahun.

"Besarnya pelelehan lapisan es Greenland adalah "luar biasa" selama setidaknya 350 tahun terakhir dan pertumbuhan lanjutan dari suhu rata-rata global akan mempercepat pencairan dan berkontribusi terhadap kenaikan permukaan laut," kata studi tersebut seperti dilansir dari Reuters, Kamis (6/12).

Pelelehan lembaran es mulai meningkat segera setelah pertengahan 1800-an. Permukaan pelelehan yang paling luas adalah pada tahun 2012 daripada waktu selama 350 tahun dan periode 2004-2013 memiliki pencairan yang lebih berkelanjutan dan intens daripada periode 10 tahun lainnya yang tercatat.

"Kami melihat tingkat pencairan es Greenland dan limpasan yang sudah pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa abad terakhir (dan mungkin ribuan tahun) dalam respon langsung terhadap pemanasan suhu global sejak era pra-Industri," kata Sarah Das, ilmuwan di Woods Hole Oceanographic Institution yang berbasis di AS dalam sebuah pernyataan.

Para ilmuwan berpendapat, meningkatnya permukaan laut akan mengancam kota-kota, pulau-pulau dan industri-industri yang rendah di seluruh dunia. Namun, prakiraan untuk seberapa tinggi dan seberapa cepat kenaikan akan sangat bervariasi, sebagian karena para ilmuwan tidak memiliki kejelasan tentang seberapa cepat pemanasan lautan mencairkan lapisan es kutub.

Sementara itu, NASA mengatakan, mencairnya es di Greenland, tempat es terbesar kedua setelah Antartika, diperkirakan menambahkan 0,8 milimeter air ke tingkat samudera global setiap tahun, lebih banyak dari wilayah lain.

Para ilmuwan mengungkapkan, studi ini menunjukkan bahwa meskipun peristiwa pemanasan kecil di masa lalu mungkin memiliki sedikit atau tidak berdampak pada pencairan, namun peristiwa yang sama dalam iklim yang lebih hangat di masa depan dapat menghasilkan efek lebur yang lebih besar.

"Apa artinya ini untuk masa depan adalah pertama bahwa untuk setiap tingkat pemanasan lebih lanjut, kita akan kehilangan lebih banyak es. Selanjutnya mengarah ke tingkat kenaikan permukaan laut lebih cepat, daripada yang kita lakukan untuk tingkat pemanasan yang sama di masa lalu,"kata Das.

Ia menambahkan, dari negara pulau tropis dataran rendah, yakni Maladewa hingga ke Tuvalu, dapat melihat lapisan es Greenland setinggi 3.000 meter (10.000 kaki) dan hal itu cukup untuk menaikkan permukaan laut dunia sekitar 7 meter jika semuanya meleleh, selama berabad-abad.

Sebuah laporan PBB pada Oktober mengatakan bahwa ketidakstabilan lapisan es laut di Antartika dan / atau kehilangan lapisan es Greenland yang tidak dapat diubah dapat mengakibatkan kenaikan multi-meter di permukaan laut selama ratusan hingga ribuan tahun.

Sekitar 190 negara saat ini bertemu di Polandia untuk menyusun rincian Kesepakatan Paris 2015 yang bertujuan untuk membatasi kenaikan suhu hingga di bawah 2 derajat Celsius abad ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement