REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG - Peneliti He Jiankui dari Shenzhen, Cina, mengumumkan rekayasa genetik bayi yang memicu kontroversi komunitas medis dunia itu telah memasuki kehamilan kedua. He Jiankui mengungkapkan kehamilan kedua itu saat menyatakan komentar pertamanya untuk publik dalam sebuah konferensi internasional di Hong Kong.
Kehamilan potensial kedua ini disebut sedang pada tahap yang sangat awal dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk dimonitor. Ini masih perlu untuk dilihat apakah akan berlangsung atau tidak.
He mengklaim telah merekayasa gen bayi perempuan kembar agar mereka resisten terhadap virus HIV. He membela upayanya dengan menyatakan HIV bukan penyakit bawaan yang mematikan.
Dengan penyuntingan gen yang dilakukannya, banyak anak perempuan yang akan terselamatkan dan memperoleh manfaat. Menurutnya, ini upaya secara genetika yang memodifikasi virus untuk membunuh sel-sel kanker, dengan cara mengubah DNA bayi kembar tersebut agar tahan terhadap infeksi virus AIDS.
“Mereka membutuhkan perlindungan ini (rekayasa genetik) karena vaksin tidak tersedia,” katanya.
Klaim He telah memicu kehebohan di Cina. Setelah ia berbicara, sebagian besar ilmuwan masih menanggapinya dengan kontroversi.
Pemimpin konferensi yang juga seorang pemenang Hadiah Nobel dari Institut Teknologi Kalifornia, David Baltimore, juga menyebut eksperimen yang dilakukan He tidak bertanggung jawab. Itu juga bukti komunitas ilmiah telah gagal mengatur dan mencegah upaya dini mengubah DNA.
Mengubah DNA sebelum atau pada saat pembuahan sangat kontroversial karena perubahan dapat diwariskan dan mungkin membahayakan gen lain. Tindakan ini juga dilarang di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, kecuali untuk penelitian laboratorium.
Para ilmuwan utama, universitas menolak eksperimen itu, sementara kelompok pemerintah sedang melakukan penyelidikan. "Ini adalah perkembangan yang benar-benar tidak dapat diterima," kata Jennifer Doudna, ilmuwan University of California-Berkeley dan salah satu penemu alat pengeditan gen CRISPR.
Komisi Kesehatan Nasional Cina menyatakan keprihatiannnya dan telah memerintahkan para pejabat kesehatan provinsi segera menyelidiki dan mengklarifikasi tindakan rekayasa genetik itu. Komite etika medis pemerintah di kota Shenzhen, di Cina selatan juga mengatakan sedang menyelidiki kasus ini. Demikian juga dengan komisi kesehatan provinsi Guangdong.
CRISPR-Cas9 adalah teknologi yang memungkinkan para ilmuwan memotong dan menyisipkan DNA serta meningkatkan harapan perbaikan genetik untuk penyakit. Namun, ada juga kekhawatiran tentang keamanan dan etika atas upaya ini.