Kamis 29 Nov 2018 08:02 WIB

Lahirnya Bayi Kebal HIV di Cina Tuai Protes Para Ilmuwan

Tindakan mengedit DNA adalah tindakan ilegal di sejumlah negara.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Esthi Maharani
Positif mengidap HIV (ilustrasi)
Positif mengidap HIV (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SHENZEN -- Kelahiran bayi kembar Lulu dan Nana di Cina yang diklaim kebal HIV menuai kontroversi. Hal ini karena tindakan mengedit DNA sebagaimana yang dilakukan pada si kembar adalah tindakan ilegal di sejumlah negara. Deputi Menteri Sains dan Teknologi Cina, Xu Nanping, juga menyatakan berdasarkan hukum negara apa yang dilakukan pada bayi Lulu dan Nana adalah ilegal.

Profesor He selaku 'pencipta' bayi kebal HIV mengaku bangga atas kerjanya. Namun The Southern University of Science and Technology di Shenzen, tempat di mana He mengajar, menyatakan sebaliknya. Pihak universitas mengungkapkan He sudah tidak mengajar lagi sejak Februari. Kampus juga akan membentuk tim investigasi guna mendalami eksperimen yang dikerjakan oleh He.

Dikutip dari BBC Rabu (28/11), He menerangkan eksperimen memang atas inisiatif dan biayanya sendiri. Akan tetapi hingga saat ini klaim  He akan bayi kebal HIV masih belum terverifikasi.

Dalam eksperimen, He mengambil partisipan delapan pasang suami istri. Para suami sudah positif terkena HIV sedangkan istri-istrinya tidak. Lewat rangkaian pengeditan DNA, He mengatakan berhasil melahirkan bayi kebal HIV dari salah satu pasangan partisipan.

Perangkat editing DNA Crispr yang digunakan He bukanlah inovasi baru di bidang sains. Crispr pertama kali ditemukan pada 2012 lalu. Crispr bekerja menggunakan 'gunting molekular' untuk mengubah DNA secara spesifik. Caranya bisa dengan memotong, mengganti, atau memanjangkan DNA.

Pengeditan gen bisa membantu keturunan selanjutnya terhindar dari penyakit dengan cara membuang atau mengubah pengkodean yang bermasalah di embrio. Akan tetapi, ada kekhawatiran di kalangan ilmuwan tindakan pengeditan ini bisa membahayakan. Tidak hanya berbahaya bagi individu yang dilahirkan namun juga generasi-generasi di bawahnya yang ikut berubah.

Profesor He tak menampik eksperimennya itu dikritisi oleh ilmuwan lain. Ratusan ilmuwan di Negeri Tirai Bambu bereaksi dengan menandatangani petisi di media sosial mengutuk tindakan He. Mereka beramai-ramai menyuarakan protes atas apa yang dikerjakan oleh He.

"Jika benar, eksperimen ini mengerikan. Pengeditan gen adalah sesuatu yang eksperimental dan masih dihubungkan pada mutasi target, kemungkinan terjadinya masalah genetik baik saat ini maupun di kehidupan selanjutnya. Termasuk di dalamnya risiko kanker," ujar Profesor Julian Savulescu dari University of Oxford, Inggris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement