Rabu 28 Nov 2018 13:29 WIB

Ilmuwan Perbaiki Terumbu Karang dengan Inseminasi Buatan

Terumbu karang akan terus dalam tekanan saat suhu meningkat.

Jutaan telur dan sperma terumbu karang akan dikumpulkan minggu ini selama berlangsungnya pemijahan terumbu karang tahunan.
Foto: ABC/Mikaela Nordborg
Jutaan telur dan sperma terumbu karang akan dikumpulkan minggu ini selama berlangsungnya pemijahan terumbu karang tahunan.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Para ilmuwan Australia sedang melakukan upaya melestarikan kawasan terumbu karang terbesar di Great Barrier Reef, Queensland dengan teknik inseminasi buatan. Hal tersebut mirip yang dilakukan dalam proyek bayi tabung untuk manusia.

Profesor Peter Harrison dari Southern Cross University mengatakan para peneliti mengumpulkan jutaan telur dan sperma terumbu karang selama musim pembiakan terumbu karang tahunan di kawasan Great Barrier Reef (GBR) tersebut. "Ini adalah proyek restorasi larva terumbu karang terbesar yang pernah dicoba di mana pun di dunia," katanya.

"Ini sangat menarik, karena untuk pertama kalinya kami akan mencoba dalam skala besar untuk menangkap jutaan telur dan sperma selama acara pembiakkan karang. Kami membangun penangkap sel telur dan sperma terumbu karang yang mengapung dari Moore Reef di lepas pantai Cairns," katanya.

Ide inovatif

Profesor Harrison mengatakan para ilmuwan akan menumbuhkan karang-karang kecil dalam kawasan terapung selama sekitar satu minggu dan ketika larva sudah siap, mereka akan diperkenalkan ke bagian terumbu karang yang paling rusak. Dia mengatakan proses ini bertujuan memperbaiki kerusakan yang dilakukan oleh pemutihan massal pada 2016 dan 2017.

photo
Mereka yang terlibat mengatakan skala proyek ini belum pernah terjadi sebelumnya. (Disediakan: Biopixel)

"Di Great Barrier Reef kami kehilangan lebih dari separuh terumbuh karang di dua peristiwa pemutihan karang baru-baru ini. Prospek ke depan akan suram untuk terumbu di seluruh dunia kalau kita dapat mengelola perubahan iklim," katanya.

"Kami telah kehilangan begitu banyak terumbu karang sehingga lebih sedikit karang yang menjadi tempat bertelur ikan dan tingkat pembuahan akan menjadi lebih rendah dan miliaran larva karang perlu diisi ulang karena tidak bisa diproduksi secara alami."

"Di masa depan kita perlu mulai mencari cara untuk melakukan proyek restorasi seperti ini dalam skala besar sehingga lebih bermakna.

Perkiraan El Nino dan pentingnya intervensi manusia

Biro Meteorologi Australia memperkirakan 70 persen kemungkinan adanya fenomena El Nino selama beberapa bulan ke depan, dimana suhu akan lebih hangat, lebih ekstrem, namun badai tropis sedikit berkurang.

"Ini benar-benar mendesak bagi kami untuk melakukan teknik ini sekarang - mulai tahun ini, karena kita akan menghadapi potensi El Nino besar lain yang sedang berkembang dan konsekuensinya akan meningkatkan suhu laut dan kemungkinan besar terjadinya pemutihan besar," kata Profesor Harrison.

Ilmuwan kepala Otoritas Taman Laut Great Barrier Reef David Wachenfeld sepakat dengan hal tersebuty dan mengatakan terumbu karang akan terus dalam tekanan saat suhu meningkat.

photo
Para ilmuwan mengambil terumbu karang, membesarkannya dan memperkenalkan larva terungu karang kembali ke bagian karang yang paling rusak. (Disediakan: Katie Chartrand)

"Yang menjadi perhatian adalah ketika manusia berubah, iklim dunia sedang memanas, terumbu karang juga sedang memanas - dan itu berarti kondisi yang mengarah pada pemutihan karang dan kematian terumbu karang yang terjadi lebih sering dan lebih parah," katanya.

Peneliti maritim Katie Chartrand mengatakan proyek ini dijalankan bekerja sama dengan Universitas James Cook, Southern Cross University dan Universitas Teknologi Sydney dengan bantuan dari para peneliti internasional dan organisasi pariwisata.

"Kami memiliki 55 orang yang terlibat dalam proyek ini. Kami juga memiliki tim yang datang dari Filipina untuk ambil bagian," katanya.

Proyek restorasi terumbu karang bisa menjadi global

photo
Ilmuwan Kepala Otoritas Great Barrier Reef Marine Park, David Wachenfeld (Disediakan: GBRMPA)

Profesor Harrison mengatakan skala operasi dari proyek ini belum pernah terjadi sebelumnya tetapi perlu diperluas lebih lanjut. "Proyek ini adalah upaya berskala besar pertama untuk mengembalikan jutaan larva ke sistem terumbu karang dengan cara yang efisien," katanya.

Peneliti berencana melakukan dalam skala lebih besar dan dalam beberapa tahun ke depan kami membidik skala kilometer persegi. "Skala kerusakan pada terumbu karang di seluruh dunia sangat melimpah, lebih dari 70 persen terumbu karang di dunia sudah sangat buruk kondisinya dan 10 atau 20 persen lainnya menghadapi tekanan yang segera datang dari populasi manusia yang terus bertambah. Kita harus beroperasi pada skala yang jauh lebih besar dari ini di masa depan," katanya.

Chartrand mengatakan jika proyek itu berhasil, pendekatan serupa bisa diterapkan pada terumbu karang yang rusak di seluruh dunia.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-11-28/proyek-bayi-tabung-terumbu-karang/10560706
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement