Kamis 22 Nov 2018 16:39 WIB

Kehilangan Satu Bakteri Usus Ini Bisa Picu Diabetes

Redahnya bakteri Akk memicu terjadinya inflamasi dan mengakibatkan resistensi insulin

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Bakteri/Ilustrasi
Foto: Reuters
Bakteri/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi bakteri usus tak hanya dapat mempengaruhi sistem pencernaan saja. Kehilangan satu jenis bakteri usus saja dapat memicu terjadinya diabetes tipe 2.

Hal ini diungkapkan oleh tim peneliti dari Amerika Serikat melalui jurnal Science Translational Medicine pada 14 November lalu. Penelitian ini dikakukan pada hewan percobaan tikus.

Berdasarkan penelitian, tikus yang berusia lebih tua memiliki bakteri Akkermansia muciniphila atau Akk yang lebih sedikit dibandingkan tikus berusia muda. Rendahnya bakteri Akk pada tikus yang lebih tua ini memicu terjadinya inflamasi.

Inflamasi yang terjadi akhirnya membuat sel-sel di dalam tubuh mengabaikan sinyal dari hormon insulin. Kondisi ini menyebabkan terjadinya resistensi insulin yang merupakan salah satu tanda dari diabetes mellitus tipe 2.

Pada tikus, proses penuaan dapat membuat tikus kehilangan bakteri Akk dan bakteri baik lain di usus mereka. Bakteri-bakteri ini berperan dalam memecah serat makanan menjadi asam lemak rantai pendek seperti butyrate dan acetate. Asam lemak ini berfungsi dalam memberi sinyal kepada bakteri dan sel tubuh untuk melakukan fungsi-fungsi tertentu.

Kehilangan bakteri Akk menyebabkan produksi butyrate menurun di dalam tubuh. Salah satu peneliti Monica Bodogai dari US National Institute on Aging di Baltimore mengungkapkan bahwa berkurangnya produksi butyrate akan memicu reaksi berantai dari disfungsi sel imun. Kondisi inilah yang pada akhirnya menyebabkan sel-sel pada tubuh tikus tua yang memiliki lebih sedikit bakteri Akk mengabaikan insulin.

Seperti dilansir Science News, tim peneliti menilai kondisi ini bisa diatasi dengan memberi terapi antibotik bernama enrofloxacin. Tim peneliti telah mencoba untuk memberikan terapi ini kepada tikus tua dan kera rhesus tua. 

Pemberian terapi antibotik enrofloxacin berhasil meningkatkan jumlah bakteri Akk di dalam usus hewan-hewan tua tersebut. Kondisi ini membuat sel-sel di dalam tubuh hewan percobaan tersebut kembali memiliki kemampuan untuk memberi respon terhadap insulin.

Memberikan butyrate kepada hewan-hewan tua juga memberikan efek yang sama seperti terapi antibiotik enroflaxacin. Temuan ini mengindikasikan bahwa ada banyak opsi yang bisa dilakukan untuk mengatasi resistensi insulin pada manusia berusia lanjut di masa mendatang. (Adysha Citra Ramadani)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement