Selasa 20 Nov 2018 14:46 WIB

Instagram Siapkan Alat Deteksi Followers dan Likes Palsu

Instagram mengantisipasi mudahnya menjadi influencer palsu.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Indira Rezkisari
Media sosial Instagram.
Foto: EPA
Media sosial Instagram.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Platform berbagi foto Instagram telah mengumumkan inisiatif baru yang akan menargetkan tanda suka dan komentar palsu. Perusahaan tersebut mengatakan, pihaknya telah mengembangkan alat yang dapat mengidentifikasi akun yang menggunakan layanan dan aplikasi pihak ketiga untuk meningkatkan popularitas suatu akun secara semu.

Setiap akun yang melanggar akan diperingatkan dan diberitahu untuk mengubah kata sandinya.

Sejak diluncurkan pada tahun 2010, Instagram telah menjadi alat bagi influencer online untuk mengumpulkan pengikut dalam jumlah banyak. Mereka kemudian dibayar untuk sebuah produk tertentu atau endorsement.

Pembayaran untuk bentuk iklan ini sering diukur dengan jumlah pengikut (followers) dan keterlibatan daring influencer. Tetapi penyelidikan daring oleh agen pemasaran, Mediakiz tahun lalu menunjukkan betapa mudahnya menjadi influencer palsu.

Beberapa aplikasi populer yang digunakan oleh para pengguna untuk meningkatkan pengikut mereka baru-baru ini ditutup. Namun, aplikasi lain yang membayar biaya berlangganan bulanan masih tersedia, menurut laporan situs Techcrunch, dikutip dari BBC.

Layanan ini sering kali mengharuskan pengguna untuk menyerahkan informasi masuk pribadi mereka. Salah satu hal yang diperingatkan Instagram melanggar pedoman komunitasnya dan membahayakan keamanan individu.

Perusahaan mengatakan orang-orang yang terus menggunakan aplikasi pihak ketiga untuk kegiatan palsu dapat memberi dampak. Karena pihak ketiga itu melihat pengalaman Instagram mereka.

"Alat ini hanya sebuah langkah lain untuk menjaga Instagram dan komunitas yang dinamis di mana orang-orang terhubung dengan cara yang otentik," kata pihak Instagram

Langkah tersebut merupakan sesuatu yang terbaru dalam serangkaian gerakan profil tinggi oleh perusahaan media sosial untuk mengamankan diri dari informasi yang salah, pengguna palsu dan aktivitas penipuan.

Instagram dibeli oleh Facebook pada tahun 2012 sebesar 1 miliar dolar AS dalam bentuk tunai dan saham. Platform ini terus berkembang dalam popularitas beberapa tahun terakhir setelah melewati satu miliar pengguna.

Pada bulan September lalu, pendirinya mengumumkan meninggalkan perusahaan setelah ada laporan ketegangan antara pihaknya dan Facebook.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement