Jumat 16 Nov 2018 16:50 WIB

Pentingnya Belajar Pemecahan Masalah di Matematika

Pelajar perlu dibekali kemampuan berpikir tingkat tinggi

Siswa mengerjakan latihan soal matematika nalaria realistik.
Foto: KMP
Siswa mengerjakan latihan soal matematika nalaria realistik.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Matematika bukan hanya soal belajar hitung menghitung. Matematika merupakan salah satu bekal untuk melatih logika pemecahan masalah. Staf Ahli Litbang Klinik Pendidikan MIPA (KPM) Thyeadi Tungson  mengatakan penting sekali membekali pelajar dengan penguasaan terhadap penyelesaian soal-soal yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan suatu keharusan.

Sebab, kata dia, pada proses inilah sedianya memerlukan perhatian lebih dan bisa menjadi tolak ukur dalam keberhasilan belajar matematika. Berdasarkan data yang dihimpun litbang Klinik Pendidikan MIPA pada hasil analisis Uji Soal MNR tahun 2017 dan 2018 kelas 6 SD, capaian analisa umum rerata nilai tahun 2017, dengan sampel sebanyak 821 siswa dari 29 sekolah yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Bali, Banjar, Sukabumi, Jawa Timur, dsb) menunjukan angka 38,18 persen. Sedangkan pada tahun 2018 berada di angka 44,11 persen dengan jumlah sampel 1.046 siswa dari 37 sekolah.

Menguak Lemahnya Kecakapan Nalar Anak Indonesia

Capaian rata-rata tahun 2017 dalam menjawab soal bidang aritmatika sebanyak 44,01 persen, pemecahan masalah 34,59 persen, dan geometri 31,88 persen. Sedangkan pada tahun 2018 terjadi peningkatan dengan data aritmatika 53,85 persen, pemecahan masalah 35,01 persen, dan geometri 39,06 persen.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata anak Indonesia masih memiliki kekurangan dalam bidang pemecahan masalah dan geometri. Walaupun bidang aritmatika masih belum mencapai 60 persen, tapi secara kemampuan sudah baik dan harus terus ditingkatkan.

"Namun yang menjadi catatan ialah di pemecahan masalah, karena level tertinggi belajar HOTS terdapat di pemecahan masalah yang merupakan gabungan dari soal-soal lainnya," kata dia.

Beberapa waktu lalu, dunia pendidikan kembali digemparkan dengan mencuatnya isu terjadinya penurunan kualitas kemampuan bernalar matematika anak-anak Indonesia. Faktor penurunan kecakapan bernalar tersebut diduga memiliki kaitan yang erat dengan diterapkannya soal berjenis HOTS (Higher Order Thinking Skills) dalam sistem evaluasi pembelajaran matematika di kalangan pelajar SD hingga SMA.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement