Rabu 07 Nov 2018 12:13 WIB

BPPT Hadirkan Inovasi Deteksi Dini DBD

Inovasi kit DBD BPPT ini mampu mendeteksi potensi DBD dalam waktu singkat

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Foto: Antara
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ancaman wabah penyakit demam berdarah dengue masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan di Wilayah tropis seperti Indonesia. Khususnya di musim penghujan ini, potensi penyakit DBD pun  semakin tinggi.

Untuk itu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerjasama dengan industri dalam negeri untuk mengembangan kit diagnostik demam berdarah yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Selain itu, inovasi kit DBD BPPT ini mampu mendeteksi potensi DBD dalam waktu singkat .

"Kit Diagnostik Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu prototipe produk hasil inovasi BPPT dalam bidang kesehatan. Kit diagnostik ini dirancang untuk deteksi dini dan deteksi non-dini penyakit DBD," jelas Deputi Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT, Soni Solistia Wirawan kepada Republika, Rabu (7/11).

Terkait pengembangan dan inovasi kit diagnostik DBD ini, kata dia, BPPT telah bermitra dengan beberapa pihak untuk dapat melengkapi kebutuhan teknologi dan mengkonfirmasi validitas teknis serta kelayakan ekonomi. Karenanya diharapkan prototip sediaan kit diagnostik DBD ini, segera dapat difinalisasi menjadi sediaan kit diagnostik yang fungsional.

"Tentunya melalui rangkaian uji fungsi secara klinis kemudian di produksi dan digunakan untuk mempercepat deteksi dan tindakan penanganan demam berdarah di Indonesia," kata dia.

Dalam laporan WHO, Indonesia menduduki urutan ke 2 dari 30 negara dengan kasus DBD endemik selama kurun waktu 2004-2010. Data menunjukkan bahwa DBD masih merupakan masalah kesehatan yang terus menjadi beban, baik secara kesehatan maupun perekonomian.

Kepala Program DBD Kit Pusat Teknologi Farmasi dan Medika BPPT Irvan Faizal menyatakan, angka Kematian akibat DBD dapat dikurangi dengan penerapan deteksi dini dan penanganan yang tepat. Uji laboratorium digunakan untuk mengkonfirmasi infeksi DBD.

"Uji-uji tersebut dilakukan dengan melakukan isolasi virus dalam kultur sel, identifikasi asam nukleat atau antigen serta deteksi antibodi spesifik terhadap virus. Oleh sebab itu deteksi dengue yang spesifik namun murah sangat dibutuhkan,” terang dia.

Untuk itu, lanjut Irvan, BPPT berupaya mencari solusi pemasalahan nasional tersebut dengan mengembangkan Kit Diagnostik Demam Berdarah Dengue (DBD) berbasis teknik imunokromatografi dengan menggunakan anti–NS1 antibodi monoklonal. Antigen NS1 merupakan glikoprotein yang dihasilkan oleh virus dengue pada hari pertama hingga kelima paska terjadinya infeksi.

Menurut Irvan pendeteksian penyakit menggunakan antigen tersebut jauh lebih efektif dibandingkan dengan pendeteksian antibodi IgG/IgM. Karena antigen NS1 memiliki aplikasi besar dalam serodiagnosis infeksi dengue karena disekresikan dalam konsentrasi yang cukup tinggi dalam plasma atau serum penderita DBD.

Selain itu keunggulan Kit Diagnostik DBD yang dikembangkan oleh BPPT yakni, produk dalam negeri, mampu mendeteksi dini infeksi DBD, menggunakan bahan baku antibodi monoklonal berdasarkan strain lokal Indonesia. Selain itu kit ini juga mudah digunakan, hasil dapat diperoleh relatif cepat yaitu 2-10 menit, tidak memerlukan alat untuk penggunaannya, penyimpanan tidak memerlukan pendingin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement