Rabu 31 Oct 2018 20:28 WIB

Arkeolog Papua Temukan Arca Megalitik di Situs Srobu

Temuan benda-benda budaya itu mencirikan masa neolitik.

Bukit Srobu di Kelurahan Abepantai, Distrik Abepura, Kota Jayapura.
Foto: Antara
Bukit Srobu di Kelurahan Abepantai, Distrik Abepura, Kota Jayapura.

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Tim peneliti dari Balai Arkeologi Papua berhasil menemukan dua patung arca megalitik dengan langgam polinesia di Situs Gunung/Bukit Srobu, Kelurahan Abepantai, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Papua.

"Nah di tahun ini, kami temukan sebuah penemuan spektakuler bagi kami, yakni dua patung arca megalitik dengan langgam polinesia, tapi saya lebih senang katakan itu sebagai arca megalitik Srobu Papua. Ini sangat luar biasa dan unik karena memiliki perbedaan dengan arca-arca lainnya yang pernah kami temukan di wilayah lain Papua," kata peneliti dari Balai Arkeologi Papua Erlin Novita Idje Djami di Kota Jayapura, Rabu (31/10).

Kedua patung itu memiliki tinggi masing-masing satu meter lebih dengan berat sekitar 50 Kg-60 Kg. "Jadi sementara ini, kedua arca yang kami temukan dan materi-materi budaya lainnya kami sedang proses analisis di kantor Balai Arkeologi Papua, ini juga termasuk memastikan keamanannya," katanya.

Dia mengungkapkan Situs Gunung Srobu adalah salah satu situs penting di Kota Jayapura. Situs ini berada di Teluk Youtefa pada sebuah tanjung. Oleh warga Biak yang tinggal di Kelurahan Abepantai, Gunung Srobu merupakan tempat pencarian cangkang, sebagai bahan baku membuat kapur makan sirih.

"Pada Februari 2014, kami mendapat informasi di Tanjung atau Gunung Srobu ini ada temuan tulang belulang. Masyarakat sekitar menyebut itu merupakan tentara Jepang," katanya.

Balai Arkeologi Papua bersama ASN dari Disbudpar Provinsi Papua turun untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Sampai disana, bukan saja tulang yang ditemukan tapi beragam benda budaya berupa fragmen-fragmen tembikar, alat batu, dan juga cangkang moluska yang sudah membukit.

"Di sini saya bisa sebut ini adalah salah satu situs hebat di Papua yang pertama saya kagumi dibanding situs-situs yang ada lainnya," katanya.

Berdasarkan itu, Balai Arkeologi Papua menyusun rencana untuk melakukan riset pertama kali pada 2014. "Pada tahun itu kami melakukan survei permukaan namun tidak semuanya. Kami juga lakukan eskavasi dan menemukan sejumlah artefak baik itu kapak batu, kapak lonjong dan juga alat-alat dari cangkang molusca atau cangkang kerang, selain itu ada tembikar-tembikar yang kaya dengan ragam hias," katanya.

Erlin yang sering melakukan penelitian di berbagai wilayah di Papua dan Papua Barat itu menilai keberadaan temuan benda-benda budaya itu mencirikan suatu budaya dari masa prasejarah. "Dari hasil penanggalan yang kami lakukan, angka tahun yang kami dapatkan dari Situs Gunung Srobu, situs ini sudah dihuni sejak 3.780 before presen atau BP. Nah, ini suatu zaman dimana pada masa neolitik, Papua ini sudah memiliki suatu kebudayaan yang luar biasa," katanya.

Di Situs Gunung Srobu selain dengan budaya neolitiknya, ternyata pada 2015 di sejumlah permukaannya terdapat berbagai budaya megalitik. Ada dorman dan menhir yang tertata rapi di atas permukaan.

"Penelitian ini terus kami lanjutkan sampai dengan tahun ini. Jadi, setiap tahun penelitian di Situs Srobu kita menemukan hal-hal baru yang unik yang menggambarkan adanya revolusi kebudayaan yang terjadi di Situs Srobu itu sendiri," katanya.

Erlin berharap Situs Srobu bisa menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang membanggakan Kota Jayapura dan Papua pada umumnya. "Srobu ini salah satu pemukiman masa prasejarah terbuka dan di situ dia mempunyai pembukaan kerang akibat aktivitas konsumsi manusia pada masa itu. Ini kalau kita bicara pemukiman neolitik di Indonesia sangat sedikit tapi ternyata di Papua ada dan menunjukkan suatu hal luar biasa," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement