Selasa 30 Oct 2018 11:26 WIB

Ilmuwan Temukan Gen yang Berperan Saat Tidur Bermimpi

Penelitian ini yang pertama di dunia dalam menemukan peran gen terhadap REM.

Rep: Nora Azizah/ Red: Ani Nursalikah
Tidur.
Foto: SIESTA
Tidur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan sebelumnya sudah meneliti mengenai tahapan tidur, salah satunya mengenai rapid eye movement (REM). Kebanyakan mimpi bermula di tahap ini. Namun banyak dari mekanisme REM dianggap masih misterius.

Dilansir oleh Scientific American, sebuah penelitian terbaru berhasil mengidentifikasi dua jenis gen yang memainkan peran kunci terhadap REM. Percobaan dilakukan para ilmuwan asal Pusat RIKEN Jepang untuk Penelitian Dinamika Biosistem. Di dalam penelitian para ilmuwan menggunakan tikus sebagai sampel.

Hasil studi menyebutkan, tikus yang kekurangan gen Chrm1 dan Chrm3 memiliki jam tidur lebih sedikit. Tikus juga memiliki tingkat REM yang hampir tidak bisa terdeteksi. Penelitian ini menjadi yang pertama kali di dunia dalam menemukan peran gen terhadap REM.

Salah satu peneliti, Hiroki Ueda, mengatakan fokus penelitian dikhususkan pada asetilkolin kimia yang memberi sinyal saraf dan reseptornya di dalam sel otak. Sebelumnya, sudah ada penelitian yang mengaitkan asetilkolin dengan REM tetapi Ueda dan tim ingin mengetahui gen serta reseptor secara lebih spesifik.

Dengan menggunakan variasi metode pengeditan gen CRISPR/Cas9, peneliti memakai tujuh tikus yang kekurangan gen dengan mengkodekan reseptor asetilkolin berbeda. Ilmuwan mengukur REM dan tidur 'tanpa REM' pada tikus yang telah diubah secara genetik.

"Semua dilakukan menggunakan rekaman electroencephalogram dan electromyogram," kata Ueda.

Penelitian juga menunjukkan, tikus yang tidak memiliki Chrm1 memiliki tidur REM yang lebih pendek atau sedikit dan terfragmentasi. Sementara tikus yang hanya mempunyai Chrm3 memiliki tidur yang pendek.

Ueda menjelaskan, temuan itu bisa membantu menangani gangguan tidur dan mood pada individu. Hal itu penting karena tahap tidur REM dan mimpi yang intens bisa memengaruhi depresi serta penyakit lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement