REPUBLIKA.CO.ID, MENLO PARK -- Facebook menghapus sejumlah unggahan yang menampilkan suasana konflik Yaman. Unggahan yang mendapat peringatan adalah artikel New York Times karena memuat foto telanjang anak-anak yang kurus kering dan kelaparan di sana.
Setelah melakukan penghapusan Jumat silam, Facebook mengirimkan pesan kepada pengguna bahwa unggahan tidak sesuai dengan standar. Pada aturan bakunya, jaringan media sosial itu memang tidak mengizinkan adanya postingan foto telanjang anak-anak.
Akan tetapi, tak lama kemudian agaknya manajemen Facebook berubah pikiran. Dengan pertimbangan tertentu, unggahan yang semula dihapus kembali dipulihkan oleh pihak Facebook dan bisa kembali diakses pengguna.
"Sebagaimana dijelaskan oleh standar komunitas kami, foto telanjang anak-anak tidak diizinkan di Facebook. Tetapi, kami tahu ini adalah gambar penting dari signifikansi global. Kami memulihkan pos berdasarkan itu," kata juru bicara Facebook.
Perwakilan New York Times menjelaskan mengapa mereka memutuskan untuk mempublikasikan foto tersebut. Kendati terkesan kejam, tetapi menampakkan kejujuran dan kengerian yang sungguh-sungguh terjadi di Yaman saat ini.
"Kami senang Facebook membuat perkecualian pada masalah ini. Pekerjaan wartawan adalah untuk menjadi saksi dan menyuarakan mereka yang suaranya tak terdengar," kata Eileen Murphy, juru bicara New York Times, dikutip dari laman Independent.
Selama ini, Facebook menggunakan kombinasi algoritma, pengawasan karyawan, dan bantuan pengguna untuk menyaring konten rawan. Penghapusan sementara untuk foto konflik Yaman mengingatkan kasus serupa pada 2016, yaitu dihapusnya unggahan foto pemenang Hadiah Pulitzer.
Foto yang diambil pada periode Perang Vietnam itu menunjukkan gadis kecil Phan Thi Kim Phuc berlari telanjang saat menyelamatkan diri dari serangan bom. Pada 2015, Facebook juga merevisi standarnya setelah foto-foto ibu menyusui terhapus dari halaman.