REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sifat kanker yang selalu berubah, seringnya berevolusi menjadi resistan terhadap obat. Hal ini menjadi salah satu tantangan terbesar untuk menangani mereka. Namun, teknik kecerdasan buatan atau AI yang baru dapat memungkinkan dokter memprediksi bagaimana sel kanker akan bermutasi sehingga memungkinkan pasien mendapatkan perawatan sesuai kebutuhannya.
Teknologi ini dikenal dengan nama Revolver (repeated evolution of cancer). Alat itu akan menempatkan pola-pola dalam mutasi DNA yang dapat memprediksi resistensi obat di masa depan untuk tumor.
Untuk membuat Revolver, para peneliti menganalisis 768 sampel tumor dari 178 pasien dengan jenis kanker paru-paru, payudara, ginjal, dan usus.
"Dengan alat ini, kami berharap untuk menghapus kartu truf kanker. Sebuah fakta bahwa kanker berkembang secara tidak terduga dan tanpa kita ketahui apa yang akan terjadi selanjutnya," ucap Penulis utama Dr Andrea Sottoriva dari The Institute of Cancer Research, London, dilansir Mirror, Jumat (12/10).
Kepala Eksekutif ICR Profesor Paul Workman menambahkan pendekatan baru menggunakan AI itu dapat memungkinkan pengobatan untuk dipersonalisasi dengan cara lebih rinci pada tahap awal. Kemudian akan menyesuaikan dengan karakteristik masing-masing tumor.
Revolver juga dapat digunakan untuk memprediksi apakah pasien akan mengembangkan resistensi di masa depan. "Jika kita mampu memprediksi bagaimana tumor akan berevolusi, perawatan dapat diubah sebelum adaptasi dan resistensi obat berlangsung dan menempatkan kita selangkah lebih maju dari kanker," ujar Prof Workman. Alat ini juga memungkinkan dokter membuat prediksi seperti apa tumor tersebut di masa depan.
Teknologi baru itu menggunakan AI yang memiliki banyak konsekuensi untuk pengobatan kanker, tidak hanya mengurangi resistensi obat dalam mencegah kambuh. Para ilmuwan juga menemukan hubungan antara sekuens DNA tertentu dari mutasi tumor berulang dan kemungkinan kelangsungan hidup pasien.
Pola mutasi DNA yang berulang dapat digunakan sebagai indikator prognosis pengobatan dan membantu membentuk terapi masa depan. Sebagai contoh, para peneliti menemukan bahwa tumor payudara dengan urutan kesalahan dalam DNA yang mengkode protein penekan tumor-p53 menyebabkan waktu kelangsungan hidup menjadi lebih pendek.
"Kami telah mengembangkan alat AI yang kuat dan dapat membuat prediksi tentang langkah-langkah masa depan dalam evolusi tumor berdasarkan pola mutasi tertentu yang sejauh ini masih tersembunyi dalam kumpulan data yang rumit," ujar Dr Sottoriva.
Dengan memberi gambaran tentang masa depan, para dokter berpotensi menggunakan AI untuk campur tangan pada tahap awal dan memprediksi langkah selanjutnya kanker serta membantu pasien hidup lebih lama.