Ahad 07 Oct 2018 07:54 WIB

Peneliti Ungkap Anjing tak Secerdas yang Manusia Kira

kemampuan kognitif anjing sering berada di bagian bawah spesies lain

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Petugas memeriksa hewan peliharaan anjing di kawasan Mangga Dua Selatan, Jakarta, Rabu (3/10).
Foto: Antara/Galih Pradipta
Petugas memeriksa hewan peliharaan anjing di kawasan Mangga Dua Selatan, Jakarta, Rabu (3/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anjing selalu dikatakan sebagai binatang yang pintar. Tunggu dulu, studi terbaru justru menyatakan sesuatu yang terbalik, anjing  tidak secerdas yang manusia kira.

Menurut Phys.org, para peneliti di University of Exeter dan Canterbury Christ Church University baru-baru ini membandingkan kecerdasan anjing dengan spesies lain yang dianggap pemburu sosial. Binatang yang sering menjadi hewan peliharaan ini coba dibandingkan kecerdasannya dengan beruang, serigala, hyena, dan hewan bertaring lainnya.

Penelitian yang dipimpin oleh Profesor Stephen Lea dari Universitas Exeter dan Dr. Britta Osthaus dari Canterbury Christ Church University, melakukan perbandingan dengan meninjau lebih dari 300 makalah yang berfokus pada kecerdasan hewan bergigi taring dan hewan lainnya. Makalah menilai kognisi sensoris, kognisi fisik, kognisi spasial, kognisi sosial dan kesadaran diri hewan.

Setelah sesi perbandingan itu, peneliti menemukan kemampuan kognitif anjing sering berada di bagian bawah ketika dibandingkan dengan spesies lain yang serupa. Namun, bagaimana dengan penelitian yang menyatakan sebaliknya?

“Selama pekerjaan kami, kami merasa banyak penelitian dalam penelitian kognisi anjing bertujuan untuk membuktikan betapa pintarnya anjing,” kata Profesor Lea, dikutip dari People, Sabtu (6/10).

Profesor Lea melanjutkan, anjing memang sering mendapatkan kemenangan ketika mereka melakukannya dengan baik dalam studi kognitif. Namun, dalam banyak kasus ada spesies lain yang melakukan hal yang sama, jika tidak lebih baik, dalam penelitian yang sama. Secara keseluruhan, peneliti percaya anjing yang paling menderita dari klaim yang dibesar-besarkan itu.

“Kami tidak menyukai mengharapkan terlalu banyak dari mereka. Anjing adalah anjing, dan kita perlu mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan yang sebenarnya ketika mempertimbangkan bagaimana kita memperlakukan mereka,” kata Dr. Osthaus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement