Sabtu 29 Sep 2018 09:28 WIB

Kata Ahli Geologi Soal Gempa Donggala Picu Tsunami

Gempa menyebabkan getaran dan getaran menyebabkan longsor bawah laut.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Ani Nursalikah
Warga berada di luar rumahnya pasca terjadi gempa bumi di kecamatan Sindue, Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9).
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Warga berada di luar rumahnya pasca terjadi gempa bumi di kecamatan Sindue, Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa berkekuatan 7,7 Skala Richter (SR) mengguncang Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah berdampak hingga Palu pada pukul 17.02 WIB, Jumat (28/9). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi gempa mengakibatkan terjadinya tsunami di pesisir Kota Palu dan Donggala dengan ketinggian sekitar 1,5 hingga dua meter.

Dewan Penasehat Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Rovicky Dwi Putrohari menyebut gempa disebabkan patahan Palu Koro yang memanjang sampai ke Timur. Menurut dia, gempa ini tidak secara langsung memicu tsunami. Akan tetapi, getaran gempa yang kuat menyebabkan longsoran bawah laut yang akhirnya menimbulkan tsunami.

"Gempa menyebabkan getaran dan getaran menyebabkan longsor bawah laut. Longsor bawah laut menimbulkan tsunami. Yang terjadi kemarin ini kemungkinan dislokasi akibat longsoran bawah laut dan terjadi di laut sehingga menyebabkan tsunami," ujar Rovicky saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (29/9).

Ia menduga, tsunami yang kemarin terjadi karena skenario dua, yakni sebuah getaran gempa memicu longsoran pada lereng tepi samudera yang tidak stabil pada kaki prisma akresi (prism toe). Jadi, secara tidak langsung dislokasi patahan geser penyebabnya.

Ia mengatakan, memang tidak mudah memperkirakan tsunami akan terjadi pada patahan geser ini. Sehingga, peringatan dini tsunami yang disampaikan BMKG dicabut sebelum terjadinya tsunami di Palu tersebut.

"Sehingga amatan awal dari BMKG pun tidak memperkirakan terjadinya tsunami besar dan dicabut, karena model perhitungan serta pengamatan dengan tidal gauge awal memang kecil," jelas Rovicky.

Ia menambahkan, patahan Palu Koro termasuk patahan aktif. Ia mencatat ada tiga gempa signifikan yang terjadi di patahan Palu Koro diantaranya terjadi pada 29 Mei 2017, 17 Juni 2017, dan 28 September 2018. Rovicky juga menyebut, patahan ini sangat panjang.

"Bahkan gempa dua jam lalu (04.24.02 WIB) yang terjadi di Sigi, Sulawesi tengah magnitudo 5,5 di sebelah selatannya cukup jauh," kata dia.

Rovicky menambahkan, akibat Patahan Palu Koro yang aktif dan patahan panjang maka gempa susulan akan terjadi dalam beberapa pekan ke depan. "Gempa susulan akan terjadi di sepanjang patahan yang baru saja bergerak. Dan kalau melihat skala magnitudo 7,7 ini mungkin akan terus ada susulan dalam beberapa minggu kedepan," tambah dia.

BMKG mengatakan, gempa bumi disebabkan aktivitas sesar Palu Koro. "Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktifitas sesar Palu Koro," ujar Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhamad Sadly dalam keterangan pers, Jumat (28/9).

Ia mengatakan, berdasarkan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini dibangkitkan oleh deformasi dengan mekanisme pergerakan dari struktur sesar mendatar (slike-slip). Gempa bumi tektonik telah terjadi di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9). Gempa berkekuatan 7,7 SR terjadi pukul 17.02.44 WIB tepat di lokasi 0.18 LS dan 119.85BT. Jarak 26 km dari Utara Donggala Sulawesi Tengah, dengan kedalaman 10 km.

photo
Foto yang disediakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia (BNPB) menunjukkan sebuah pusat perbelanjaan yang runtuh setelah gempa berkekuatan 7,7 yang melanda di Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9).

Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menuturkan, BMKG mengeluarkan peringatan dini tsunami pada lima menit setelah gempa dengan kekuatan 7,4 SR mengguncang dengan koordinat 0,18 LS, dan bujur 119,85 BT serta kedalaman 10 kilometer. Peringatan dini tsunami dikeluarkan dengan level siaga. Di level ini, memiliki ketinggian setengah meter sampai maksimal 3 meter.

Namun, BMKG mengakhiri peringatan dini tsunami pada pukul 17.36 WIB. Dwikorita mengatakan, hal ini didasarkan hasil pengamatan yang dilakukan tim BMKG. “Kami mengeluarkan peringatan dini tsunami dan peringatan itu diakhiri setelah tsunami terjadi dan airnya surut,” ujar Dwikorita kepada wartawan, Jumat (28/9).

Dwikorita menegaskan, berakhirnya peringatan dini tsunami dilakukan setelah mengamati ketinggian air laut yang masuk ke darat mulai surut dan hilang. Setelah pukul 17.36 WIB atau 18.36 WITA, air tsunami sudah surut dari darat.

“Namun, sudah surut. Jadi, pada pukul 17.36 WIB peringatan tsunami diakhiri, maaf bukan dicabut,” ujar Dwikorita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement