Sabtu 15 Sep 2018 22:23 WIB

Altar Suku Maya Berusia Ribuan Tahun Ditemukan

Altar itu berisi cerita intrik politik suku Maya ribuan tahun lalu

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
altar Suku Maya berusia 1500 tahun ditemukan di sebuah situs arkeologi La Corona, di kawasan hutan yang dekat dengan perbatasan dengan Meksiko dan Belize. Altar ini dipahat dari batu kapur dan memiliki berat sekitar satu ton.
Foto: Malaymail/AFP
altar Suku Maya berusia 1500 tahun ditemukan di sebuah situs arkeologi La Corona, di kawasan hutan yang dekat dengan perbatasan dengan Meksiko dan Belize. Altar ini dipahat dari batu kapur dan memiliki berat sekitar satu ton.

REPUBLIKA.CO.ID,  GUATEMALA CITY -- Sebuah altar Suku Maya berusia 1500 tahun ditemukan di sebuah situs arkeologi La Corona, di kawasan hutan yang dekat dengan perbatasan dengan Meksiko dan Belize. Altar ini dipahat dari batu kapur dan memiliki berat sekitar satu ton.

Wakil Direktur Penggalian dan Penyelidikan situs ini, Tomas Barrientos mengatakan altar tersebut ditemukan di kuli dan menunjukkan penguasa Corona Raja Chak Took Icha'aak duduk dan memegang tongkat. Dari tongkat itu muncul dua dewa pelindung kota. Altar dengan ukuran 1,46 meterx1,2 meter ini berisi tulisan hieroglif Maya.

Huruf tersebut menunjukkan waktu 12 Mei 544. Penemuan lain telah memungkinkan peneliti untuk menentukan Chak Took Icha'aak juga memerintah kota terdekat bernama El Peru-Waka sekitar 20 tahun kemudian.

Barriento mengatakan bukti-bukti ini menunjukkan Dinasti Kaanul atau Kerajaan Ular juga mengembangkan politik di La Corona. Kegiatan ini memungkinkan mereka mengalahkan musuh bersama di Tikal pada 562 dan memerintah dataran rendah  suku Maya di tenggara Mesoamerika selama dua abad.

Bersamaan dengan itu, Barrientos menuturkan peneliti menemukan rincian pernikahan antara seorang putri dari Kerajaan Ular dan Raja La Corona. “Altar ini menunjukkan sebagian sejarah Guatemala sekitar 1500 tahun yang lalu. Saya akan menyebut ini versi Maya yang bersejarah dari Games of Thrones,” ujar Barrientos, seperti yang dilansir dari Malay Mail, Sabtu (15/9).

“Memiliki informasi tentang apa yang terjadi selanjutnya, bagaimana mereka merencanakan strategi politik di sini, mengajarkan kita banyak tentang politik pada masa itu dan perjuangan untuk wilayah,” katanya lagi.

Selain itu, menggali dan menyelidiki Cagar Biosfer Maya untuk mendapatkan informasi La Corona dinilai berbahaya. Wilayah ini menjadi ancaman dari penjarahan, invasi, dan serangan kelompok kriminal, pengedar narkoba, serta peternak illegal.

Wakil Menteri Kebudaaan Gladys Palala mengatakan pihak berwenang berusaha melawan kelompok-kelompok kriminal yang mengepung Peten. Peten adalah sebuah wilayah yang sudah matang dengan peninggalan arkeologis. “Ke mana pun anda pergi dan menggali, anda menemukan (sesuatu). Ini adalah daerah arkeologi yang sangat bagus,” ujar Palala. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement