REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan data yang dipublikasikan Cyber Security Nexus, ada lebih dari satu juta data pribadi yang dicuri setiap tahunnya. Estimasi kerugian dari pencurian data atau data breach tersebut akan mencapai jumlah 150 juta dolar Amerika Serikat di tahun 2020 mendatang.
Salah satu dari serangan siber terbaru yang mematikan adalah serangan virus Wannacry di 2017 yang menyerang lebih dari dua juta komputer. Hal ini menyebabkan kerugian hingga miliaran dolar bahkan melumpuhkan kegiatan di berbagai rumah sakit di seluruh dunia.
Melihat tingginya jumlah insiden yang terjadi beberapa waktu belakangan ini dan meningkatnya ketergantungan manusia terhadap internet, penyedia cloud hosting Dewaweb menggelar diskusi bertajuk Web App Security belum lama ini.
"Dalam 25 tahun terakhir, pengamanan perangkat lunak menjadi hal yang lebih dominan dibanding pengamanan dari sisi jaringan. Baik pengguna (user) dan pengembang (developer) harus mengerti soal keamanan,” kata Budi Rahardjo, dosen Institut Teknologi Bandung dan pakar keamanan aplikasi web dalam acara itu.
Girindro Pringgo Digdo praktisi InfoSec Profesional dan Lead Penetration Tester dari perusahaan IT Security Singapura membagikan teknik praktis pengamanan aplikasi web dengan menggunakan Open Web Application Security Project (OWASP). OWASP adalah komunitas organisasi non-profit yang ingin membuat standar pengamanan website menjadi lebih mudah untuk para pengembang aplikasi.
"Kebanyakan pengembang (developer) di Indonesia hanya berfokus kepada coding website itu sendiri dan aplikasi yang ada. Tetapi ketika terjadi serangan sibernetika, mereka bisa mengalami kerugian yang sangat besar," ungkapnya.
CEO Dewaweb Edy Budiman berharap diskusi yang digelar tersebut bisa mengedukasi para pengembang aplikasi dan pebisnis untuk lebih baik lagi dalam pengamanan aplikasi web mereka. Sehingga, membantu menghindari potensi kerugian yang besar di masa mendatang.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
