REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel Abrijani Pangerapan mengungkapkan konten negatif seperti pornografi saat ini berpotensi menjadi aksi. Oleh karena itu, pihaknya terus menggalakkan program literasi digital mengenai penggunaan internet secara tepat.
"Sekarang bahkan pelaku pornoaksi datang dari kalangan anak SD," kata Semuel, dalam acara Diskusi Pencegahan dan Penanganan Masalah Pornografi di Era Digital di Ruang Serbaguna, Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta Pusat, Rabu (12/09), dikutip dari laman resmi Kemenkominfo.
Untuk mengurangi peredarannya, Kemenkominfo melakukan penapisan dan menemukan lebih satu juta website yang mempromosikan konten pornografi. Bahkan, sejak Agustus 2018, Kemenkominfo menerapkan metode Forced Save Search Engine untuk membuat pencarian hal-hal berbau porno di internet menjadi tidak berjalan.
"Tapi kami tidak menutup konten-konten berbau kesehatan karena pendidikan seks juga penting. Yang kami fokuskan adalah menutup konten-konten berbau porno," kata Semuel.
Meskipun demikian, Semuel mengungkapkan sampai saat ini Kemenkominfo masih harus menghadapi tantangan dalam penyebaran konten pornografi. Ia mengatakan, hal yang sulit diatasi adalah penyebaran konten pornografi melalui pesan pribadi.
Oleh karena itu, Semuel mengajak seluruh masyarakat untuk bekerja sama dalam memberantas penyebaran konten pornografi. "Mari bahu-membahu turut memberantas penyebaran konten porno," kata dia.
Apabila seluruh pihak aktif menghadapi penyebaran konten pornografi, diharapkan masyarakat Indonesia dapat bertransformasi secara total dan menggunakan internet dengan produktif. "Sehingga ke depannya masyarakat Indonesia bisa memanfaatkan segala sesuatu menjadi produktif dengan ide-ide kreatif dan inovatif," kata Semuel.