REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian intensif di berbagai belahan dunia berhasil meningkatkan kesembuhan dan kelangsungan hidup penderita leukimia. Meski demikian, ada banyak masalah yang menyebabkan penyakit ini bisa berujung kematian.
Leukima dan multiple myeloma adalah dua jenis kanker yang berasal dari sumsum tulang. Pada 1975, seorang didiagnosis leukimia ditemukan pertama kali di Amerika Serikat dan tim medis berhasil meningkatkan rentang hidupnya 33 persen atau lima tahun.
Pada 2010, tingkat kelangsungan hidup panderita leukimia meningkat signifikan, hingga 66 persen. Untuk multiple myeloma, angka tersebut awalnya hanya 26 persen pada 1975, kemudian menjadi 53 persen pada 2010. Kabar gembira ini sebagian besar merupakan hasil dari terapi, perawatan suportif, efektif, termasuk antibiotik dan antinausea.
Sebagai contoh, pasien leukimia kronis diobat dengan inhibitor tirosin kinase. Pasien multiple myeloma diobati dengan kombinasi tiga hingga empat obat yang mengurangi risiko memburuknya penyakit hingga 50 persen.
Sel-sel kanker leukimia dan myeloma dapat tumbuh tak terkendali, sehingga terapi tetap menjadi pengobatan utama di samping obat. Sel-sel kanker ini mengisi ruang sumsum tulang yang mematikan sel-sel normal di dalamnya. Akibatnya, sumsum tulang kehilangan kemampuan untuk memproduksi sel darah merah, menyediakan oksigen ke jaringan, memproduksi sel darah putih, melawan infeksi, dan menghasilkan trombosit untuk menghentikan pendarahan.
Dilansir dari New York Times, Kamis (23/8), ketika fungsi sumsum tulang terganggu, pasien dapat meninggal karena berbagai sebab. Studi menunjukkan infeksi adalah penyebab kematian paling umum penderita leukimia.
Jenisnya berupa infeksi bakteri, infeksi jamur, atau kombinasi keduanya. Pendarahan juga penyebab kematian umum pada penderita leukimia, baik itu pendarahan di otak, paru-paru, atau saluran pencernaan.
Penelitian di Inggris menyasar lebih dari 3.100 pasien multiple myeloma yang diobati dari 1980 hingga 2002. Mereka menemukan 10 persen pasien meninggal dalam 60 hari setelah terapi dan infeksi menyumbang hampir separuh kematian. Gagal ginjal menyumbang 28 persen kematian, sementara serangan jantung atau stroke delapan persen. Penyebab kematian lainnya adalah pembekuan darah dan gagal jantung.