REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembajakan akun Instagram kian marak. Tidak sedikit pengguna Instagram mengaku telah mengalami akun dibajak dan tidak lagi dapat mengaksesnya. Menurut para korban, begitu para pelaku membajak akun instagram, mereka mengubah nama-nama akun, gambar profil, e-mail, dan nomor telepon. Sehingga, hampir tidak mungkin untuk memulihkan akses.
Instagram juga telah menerbitkan pernyataan tentang ini melalui unggahan di blog resminya pada Selasa (14/8). Nadezhda Demidova, peneliti keamanan di Kaspersky Lab menyatakan sejauh ini tidak ada data yang valid tentang bagaimana pelaku mendapatkan akses ke profil Instagram banyak orang.
Agar tetap aman, pengguna disarankan untuk menerapkan sejumlah langkah.
Pertama, jangan klik tautan yang mencurigakan. Kedua, periksa alamat laman di mana anda akan berencana memasukkan informasi pribadi. Ketiga, gunakan aplikasi jejaring sosial resmi yang dipasang dari sumber terpercaya. Terakhir, jangan bagikan informasi login akun anda dengan aplikasi pihak ketiga.
Menurutnya metode yang paling umum untuk serangan semacam ini adalah melalui phishing. Selama tahun ini saja, produk Kaspersky Lab telah mencegah sekitar 68 ribu upaya untuk mengunjungi halaman phishing yang menyalahgunakan merk Instagram.
"Menariknya pada akhir Juli beberapa minggu sebelum kejadian peretasan, kami menyaksikan lonjakan vektor serangan ini. Pada 31 Juli jumlah serangan phishing meroket dari sekitar 150 per hari menjadi hampir 600 per hari," ungkap Nadezhda lewat keterangan resminya kepada Republika.
Dalam banyak contoh, pengguna Instagram sendiri adalah kerentanan yang dicari peretas. Mereka memberikan kredensial dengan memasukannya ke situs web phishing, aplikasi yang tidak bersertifikat, dan replika laman otentik.
Karena popularitasnya, Instagram selalu menarik banyak penipuan. Jumlah orang yang menggunakan platform tersebut sekarang lebih dari satu miliar. Setelah pelaku meretas ke akun pengguna, mereka dapat mengakses data pribadi pengguna dan korespondensi mereka.
"Profil pengguna dapat diubah menjadi sumber konten jahat, phishing, dan spam,” imbuhnya.