REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Beberapa tahun silam sekelompok arkeolog menemukan guci pecah yang berisi gumpalan yang belum dikenal di makam Ptahmes, seorang pejabat setara wali kota pada zaman Mesir Kuno. Kini, isi dari guci tersebut sudah teridentifikasi. Para peneliti menyatakan guci itu ternyata berisi keju berusia sekitar 3.200 tahun.
Dengan perkiraan usia tersebut, keju produksi Mesir ini merupakan keju tertua yang pernah ditemukan di dunia. Hasil penelitian telah dipublikasilan di jurnal Analytical Chemistry pekan lalu. "Ini adalah keju paling tua yang pernah ditemukan," kata Enrico Greco dikutip dari Telegraph.
Enrico adalah peneliti di Ilmu Kimia Universitas Catania sekaligus penulis studi keju tersebut. Dilansir di BBC, Sabtu (18/8), para arkeolog mendapati zat padat berwarna keputih-putihan yang diduga makanan di dalam sebuah guci.
Foto: University of Catania and Cairo University
Namun kala itu para penemu belum bisa memastikan makanan apa yang diwadahi guci itu. "Material yang dianalisis kemungkinan adalah residu padat keju paling kuno yang pernah ditemukan. Kami tahu itu terbuat dari susu kambing dan domba. Tapi bagiku sangat sulit membayangkan bagaimana rasanya," kata Enrico.
Profesor kimia dan ahli sejarah keju Paul Kindstedt mengungkapkan kepada New York Times besar kemungkinan rasa keju purba tersebut sangat asam. Peneliti juga menyatakan mereka menemukan jejak-jejak bakteri yang dikenal sebagai brucellosis dan bisa menyebabkan penyakit. Bakteri ini masuk ke tubuh manusia lewat konsumsi produk turunan susu yang tidak dipasteurisasi.
Gejala-gejala sakitnya antara lain demam, berkeringat, dan nyeri otot yang masih terjadi pada manusia hingga saat ini. Jika dugaan itu benar, keju kuno asal Mesir tersebut akan menjadi bukti tertua penyebab sakit demam dan kawan-kawannya.