REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Baru-baru ini Kearney telah merilis 2017 Global Services Location Index (GSLI) atau Indeks Lokasi Layanan Global, sebuah studi yang menganalisis dan menyelidiki kultur 55 negara tujuan alih keluar (offshoring). Hasil indeks tersebut menyatakan, Indonesia kini berada di posisi nomor empat, bertukar tempat dengan Brasil, yang sekarang berada di tempat kelima.
Masih berdasarkan indeks tersebut, negara-negara Asia terus mendominasi peringkat teratas. Saat ini, India memimpin dalam hal keterampilan dan sumber daya, Cina dan Malaysia berada di tempat kedua dan ketiga, Indonesia naik satu tempat ke peringkat keempat, Filipina bertahan di posisi ketujuh, sedangkan Thailand turun dua tempat ke posisi kedelapan.
GSLI menjadi patokan untuk keputusan lokasi perusahaan di pasar tenaga kerja global, khususnya untuk fungsi back-office seperti teknologi informasi (IT) dan proses bisnis outsourcing. Menurut Deloitte, Global Outsourcing Survey 2016, outsourcing tumbuh terutama di bidang Keuangan, SDM, dan IT. Survei yang sama mengungkapkan bahwa alasan utama untuk outsourcing adalah pemotongan biaya (59 persen), dengan fokus pada bisnis inti (57 persen) dan menyelesaikan masalah kapasitas (47 persen).
Keunggulan utama dari layanan perusahaan outsource adalah menghapus tanggung jawab untuk melakukan proses perekrutan, implementasi dan loyalitas yang memakan waktu. Sehingga, secara efektif mengurangi biaya proyek dan mempersingkat waktu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan IT perusahaan.
"Apa yang baru dalam temuan tahun ini adalah kami melihat efek otomatisasi kini menggerus pekerjaan profesi kerah putih," kata Kepala pusat penelitian AT dan Co-author studi, Johan Gott, dalam siaran persnya, Selasa (14/8).
Sementara itu, Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan industri dan menawarkan pilihan yang kuat kepada perusahaan untuk layanan IT outsourcing. Sayangnya, potensi Indonesia dalam industri ini masih terhambat kendala bahasa, pengalaman industri yang rendah, dan lingkungan bisnis yang sulit.
Terkait tantangan yang dihadapi industri IT outsourcing, Managing Director SoftwareSeni Indonesia, Ganis Atmawarin, mengungkapkan, sebagai perusahaan teknologi, tantangan terberat adalah memastikan transfer knowledge berjalan optimal dari staf kami yang sudah berpengalaman ke staf baru yang lebih muda.
"Kami banyak melakukan investasi di staff training dan juga melakukan mentorship program untuk memastikan standard service kami selalu terjaga," kata Ganis kepada Republika.
Lebih lanjut Ganis membeberkan geliat positif industri IT. "Permintaan pasar yang besar membuat perusahaan kami berkembang dalam lima tahun terakhir dari 20 orang menjadi 100 orang. Proyeksi kami, perusahaan akan tumbuh 44 persen dalam dua tahun ke depan, jadi kami harus belajar cepat dan terus berinovasi untuk memberikan servis terbaik bagi klien kami," katanya.
Komitmen perusahaan outsourcing untuk terus meningkatkan layanan, kata dia, bersimultan dengan kebijakan pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur, terutama di bidang IT.