Selasa 31 Jul 2018 13:00 WIB

Abu Ampas Tebu Bisa Serap Limbah Logam Berat

Abu ampas tebu jarang sekali digunakan padahal memiliki kandungan silika yang tinggi.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Dwi Murdaningsih
Petani menaikkan tebu ke atas truk saat panen di kawasan Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (26/9). Petani tebu mengeluhkan rendahnya harga acuan gula petani atau harga pembelian pemerintah (HPP) pabrik gula sebesar Rp 9.300 per kg yang dinilai masih di bawah Biaya Pokok Produksi (BPP) sebesar Rp 10.600 per kg.
Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Petani menaikkan tebu ke atas truk saat panen di kawasan Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (26/9). Petani tebu mengeluhkan rendahnya harga acuan gula petani atau harga pembelian pemerintah (HPP) pabrik gula sebesar Rp 9.300 per kg yang dinilai masih di bawah Biaya Pokok Produksi (BPP) sebesar Rp 10.600 per kg.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Universitas Brawijaya (UB) berhasil meneliti kelebihan dari abu ampas tebu. Penelitian mereka menyebutkan, kandungan abu ampas tebu ternyata bsia menjadi solusi pencemaran limbah logam berat.

Perwakilan Tim Joshia Christa Pradana menjelaskan, pencemaran logam berat merupakan suatu masalah yang menjadi fokus pada pengolahan limbah industri. Logam berat kromium banyak digunakan dalam industri kimia yang menyebabkan pencemaran air sungai serta air tanah. 

"Padahal apabila logam kromium terkonsumsi oleh makhluk hidup memiliki dampak yang buruk pada kesehatan," kata Joshia di Kota Malang, Ahad (29/7).

Menurut Joshia, cara paling umum dan efisien untuk pengolahan limbah biasanya menggunakan metode adsorpsi atau penyerapan. Metode ini membutuhkan silika untuk digunakan sebagai bahan penyerapan dalam pengolahan limbah logam berat. Namun sayangnya, kandungan ini agak sulit untuk diregenerasi. 

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu digunakannya magnetit (Fe3O4) sebagai adsorben yang dapat diregenerasi. Namun, kata dia, magnetit memiliki sifat yang sangat mudah teroksidasi dan mudah larut dalam kondisi asam. Oleh sebab itu, perlu dilakukan modifikasi permukaan magnetit dengan cara melapisi permukaan magnetit dengan silika. 

"Sifat permukaan silika yang luas menyebabkan daya penyerapan yang semakin tinggi," kata dia.

Dari permasalahan tersebut, Joshia bersama Indah Feliana dan Philio Valerino melakukan penelitian yang didanai oleh Kemenristekdikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Mereka berusaha memanfaatkan silika dari limbah abu ampas tebu untuk penyalutan nanopartikel besi sebagai bahan penyerap dalam penyisihan logam berat kromium.

Selama ini abu ampas tebu jarang sekali dimanfaatkan. "Padahal jumlah abu ampas tebu hasil sisa pengolahan tebu pada industri gula sangat melimpah. Di Indonesia sendiri dapat mencapai 10,2 juta ton pertahun,” kata Joshia.

Di kesempatan lain, anggota Philio Valerino menambahkan, penelitian ini dilakukan dengan ekstraksi silika dari abu ampas tebu. Dengan demikian bisa memeroleh natrium silikat yang kemudian dimanfaatkan lainnya. Dalam hal ini untuk membuat magnetit bersalut silika melalui metode elektrodeposisi. 

Elektrodeposisi merupakan pengendapan logam pada katoda selama elektrolisis. "Dan hasil dari penelitian ini yaitu magnetit bersalut silika dapat menyerap logam kromium sebanyak 57 persen," katanya.

Dengan adanya penelitian ini, ia berharap bisa menjadi alternatif pada unit pengolahan limbah dalam industri kimia. Khususnya dalam pengolahan limbah logam kromium. Selanjutnya, limbah ini diharapkan tidak membahayakan lingkungan dan makhluk hidup serta pertumbuhan industri kimia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement