Senin 30 Jul 2018 18:48 WIB

Bayar Mahal Influencer, Pemerintah Australia Banjir Kecaman

Sejak tahun 2016 Australia sudah menghabiskan Rp 9,8 M untuk influencer.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Indira Rezkisari
Instagram.
Foto: EPA
Instagram.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Federasi Australia dibanjiri kecaman atas kontroversi strategi kampanye yang dilakukannya. Pemerintah mengeluarkan dana hingga 600 ribu dolar AS atau setara Rp 7,8 miliar untuk membayar sejumlah influencer media sosial yang mempublikasikan sebuah kampanye yang digagas pemerintah.

Daily Telegraph menemukan bahwa para influencer mendapat bayaran hingga 3.000 dolar AS atau  Rp 39 juta untuk setiap kali unggahan di media sosial. Sejak 2016, dana yang dihabiskan untuk menyewa dan menbayar influencer ini mencapai 718.100 dolar AS atau Rp 9,8 miliar.

Beberapa nama besar yang diajak kerjasama oleh pemerintah yaitu Sammy Robinson dan Lisa Smith. Melalui kerjasama ini, mereka diminta untuk mendorong dan memotivasi perempuan muda Australia untuk lebih aktif.

Sebagian besar uang digunakan di bawah tanggung jawab Departemen Kampanye Kesehatan "Girls Make Your Move". Menurut laman resmi kampanye, kegiatan bertujuan menginspirasi dan memberdayakan perempuan muda untuk lebih aktif dalam hal apa pun.

Para influencer diminta mengunggah foto mereka sedang berolahraga melalui Instagram dengan menyematkan tagar #girlsmakeyourmove atau #girlsmove. Kampanye tersebut juga menawarkan sejumlah voucher gratis mengikuti kelas gym.

Pemerintah menargetkan, cara ini dapat membuat sembilan dari 10 perempuan muda menjadi lebih aktif dari biasanya. Bagi influencer yang kedapatan mengiklankan produk alkohol di media sosialnya, akan diberi sanksi khusus.

Sebuah firma analisis data di Australia, Lumio, menemukan bahwa cara ini tidak efektif untuk menyebarkan kampanye. Penelitian Lumio menunjukkan bahwa dari seluruh pengikut influencer di Instagram, hanya 42 persen saja yang bermanfaat untuk bisnis.

Namun, hasil evaluasi yang dilakukan pada 2017 memberikan data yang berbeda. Kampanye ini dapat menjangkau dan memberikan pengaruh terhadap 83 persen perempuan dengan usia 12 dan 19 tahun, dilansir dari News.com.au.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement