Jumat 27 Jul 2018 19:22 WIB

Perubahan Iklim Picu Gelombang Panas Sering Terjadi di Eropa

Perubahan iklim menyebabkan musim panas kali ini terasa semakin panas.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Gelombang panas
Foto: reuters
Gelombang panas

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Musim panas tahun ini di sejumlah wilayah di dunia menjadi yang paling panas. Di Eropa, para ahli melakukan penelitian terkait hubungan suhu udara yang meningkat dengan pemanasan global.

Untuk mencoba melihat hubungan dengan pemanasan global, para peneliti melihat gelombang panas tiga hari berturut-turut dalam setahun. Selain itu, peneliti juga melihat data dari tujuh stasiun cauca di Finlandia, Denmark, Irlandia, Belanda, Norwegia, dan Swedia.

Melalui penelitian tersebut, mereka menemukan bahwa stasiun cuaca di Belanda, Irlandia, dan Denmark, perubahan iklim secara umum meningkatkan peluang gelombang panas lebih dari dua kali lipat. Gelombang panas serupa diperkirakan akan terjadi di Irlandia dan sekitarnya dalam waktu 10 tahun, dan di Belanda dalam waktu lima tahun.

"Hubungan perubahan iklim dengan perubahan cuaca yang semakin panas ini tidak terhindarkan. Dunia ini menjadi semakin hangat dan gelombang panas akan lebih sering terjadi," kata peneliti dari Oxford, Friederike Otto, dikutip BBC, Jumat (27/7).

Otto mengatakan, gelombang panas yang biasanya jarang terjadi akan muncul semakin sering. Perubahan iklim menyebabkan gelombang panas terjadi lebih dari dua kali. Hal inilah yang menyebabkan musim panas kali ini terasa semakin panas di sejumlah wilayah.

Satu hal yang belum terjawab oleh para peneliti adalah apakah perubahan iklim berdampak pada tekanan tinggi yang berkepanjangan di Eropa. Meskipun demikian, mereka berharap temuan awal mereka mendorong lebih banyak tindakan dari pemerintah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement