Rabu 25 Jul 2018 13:23 WIB

Ikatan Ilmuwan Indonesia Dorong Pengoptimalan Peran Diaspora

Perlu kolaborasi antara ilmuan dalam negeri dengan ilmuan diaspora

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
Diaspora
Diaspora

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) mendorong upaya Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dalam membangun jembatan kolaborasi antara ilmuwan dalam negeri dengan ilmuwan diaspora yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Sebagai bentuk nyata, pada bulan Agustus mendatang I-4 ikut ambil bagian dalam penyelenggaraan Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) 2018.

Ketua Umum I-4, Prof Deden Rukmana mengungkapkan, kegiatan SCKD merupakan langkah strategis membangun pendidikan tinggi dan inovasi di Tanah Air dengan cara memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia, termasuk ilmuwan diaspora. Bahkan, Prof Deden yang notabenenya juga merupakan ilmuwan diaspora yang berkiprah di Amerika Serikat ikut merasakan manfaat SCKD yang sudah diinisiasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti sejak dua tahun belakang.

"Bagi diaspora kegiatan SCKD ini merupakan wadah berkontribusi dan berbagi, sekaligus berpartisipasi pada pembangunan Indonesia. Sejak penyelenggaraannya tahun 2016, sudah banyak kolaborasi yang dilakukan antar diaspora dan ilmuwan dalam negeri," ungkap dia melalui pesan tertulis, Rabu (25/7).

Menurut Deden, acara ini selain sebagai bentuk perhatian pemerintah kepada segenap anak bangsa, pada sisi lain seperti open market, di mana konsultasi, transaksi, dan negosiasi gagasan akademis dibincangkan. Karena itu, Deden optimistis kegiatan itu nantinya akan mendapat tanggapan antusias dari para diaspora Indonesia di seluruh dunia, seperti di Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Jepang dan Australia.

"Di AS saja tercatat 89 ilmuwan diaspora telah bergelar Ph.D., mengajar serta bekerja, baik di universitas maupun lembaga riset di sana. Oleh sebab itu, I-4 saat ini tengah mendata potensi diaspora ilmuwan Indonesia di seluruh dunia," jelas dia.

Deden menyebut, angka ilmuwan diaspora ini pasti akan terus bertambah seiring dengan intensitas kami dalam mendata mereka. Pihaknya akan mengajak mereka untuk bersinergi dengan ilmuwan Indonesia di dalam negeri.

Di sisi lain, Deden mengakui bahwa diaspora Indonesia yang berprofesi sebagai ilmuwan masih jauh, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas jika dibandingkan dengan ilmuwan diaspora China, India atau pun Korea. Kendati demikian, ia mengapresiasi berbagai bentuk kolaborasi riset yang sudah dijalin para ilmuwan diaspora, termasuk kerja sama yang dilakukan secara mandiri di luar kegiatan SCKD.

"Pengamatan kami selama ini menunjukkan bahwa ilmuwan diaspora Indonesia akan dengan senang hati berbuat untuk kemajuan Tanah Air sejauh ada media bagi mereka untuk berkiprah. Banyak dari mereka telah menjalin kerja sama penelitian dengan ilmuwan Indonesia di dalam negeri, baik di perguruan tinggi atau pun lembaga penelitian seperti LIPI dan LAPAN. Saya melihat potensi besar yang dapat diperankan ilmuwan diaspora untuk kemajuan iptek dan SDM Indonesia," terang dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement