Rabu 25 Jul 2018 13:13 WIB

Jarak Bumi dan Luar Angkasa Ternyata Lebih Dekat

Peneliti meyakini jarak bumi ke batas atmosfer tak sampai 100 kilometer

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Atmosfer bumi (ilustrasi).
Foto: bloggyenarie.blogspot.com
Atmosfer bumi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian baru menyebutkan, batas antara atmosfer Bumi dan Luar angkasa, yang dikenal sebagai garis Karman yakni sepanjang 20 kilometer. Jarak tersebut sekitar 20 persen lebih dekat dari yang diperkirakan para ilmuwan.

Hasil penelitian tersebut bisa membantu memperjelas perdebatan hukum yang menetapkan aturan untuk kebijakan lintas udara tiap negara terutama untuk kegiatan komersial untuk tahun-tahun mendatang. Hingga kini kebanyakan ilmuwan mempercayai bahwa luar angkasa berjarak sekitar 100 kilometer dari bumi. Hal ini dipercayai karena temuan dari pionir Aeordinamis Theodore von Karman. 

Jonathan McDowell, astrofisikawan di Harvard-Smithsonian Centre for Astrophysics di Cambridge,  mengumpulkan catatan terperinci terkait peluncuran roket secara online. "Saya telah membuat daftar roket sejak saya berusia 13 tahun," katanya, dilansir dari laman Sciencemag, Rabu (25/7).

McDowell sering harus memutuskan peluncuran mana yang memenuhi syarat sebagai mencapai luar angkasa, dan mana yang tidak. Mengingat betapa rendahnya banyak satelit yang mengorbit terbang, batas 100 kilometer tidak pernah tampak tepat untuk McDowell. Justru batasnya berada di titik terdingin di atmosfer Bumi, yang terletak kira-kira 85 kilometer. 

Padahal kebanyakan orang terus menggunakan 100 kilometer sebagai batas, termasuk Federasi Olahraga Udara Dunia (FAI) di Lausanne, Swiss, penjaga catatan luar angkasa. Ia memulai dengan data, catatan publik telemetri satelit yang dia unduh dari Komando Pertahanan Kedirgantaraan Amerika Utara tentang orbit 43 ribu satelit. Mereka mengorbit terlalu tinggi di atas batas luar angkasa. Tapi setidaknya 50 memiliki orbit yang kadang-kadang beroperasi di bawah 100 kilometer, seperti satelit Elektron-4 Soviet, yang membuat 10 putaran pada 85 kilometer atau di bawah sebelum disintegrasi ke atmosfer pada 1997. 

Bukti empiris tampak jelas, jadi McDowell beralih ke perhitungan garis Karman. Untuk perhitungannya, dia melihat kembalinya satelit ke Bumi, daripada keluarnya. Itu berarti membandingkan kecepatan orbital, yang berasal dari gravitasi, melawan hambatan atmosfer.

McDowell menggunakan model atmosfer standar untuk mensimulasikan 50 tahun terakhir, menghitung bagaimana garis berperilaku pada garis lintang dan garis bujur yang berbeda. Ia menemukan bahwa tarikan atmosfir dapat diabaikan antara 66 kilometer dan 88 kilometer, ia akan melaporkan dalam edisi mendatang Acta Astronautica.

Ini sejalan dengan karya yang diterbitkan tahun lalu oleh Thomas Gangale, mantan perwira Angkatan Udara AS dan sarjana hukum, dalam makalah berjudul "The Non Kármán Line: An Urban Legend of Space Age," dalam Journal of Space Law. Dalam sebuah survei yang mendalam, Gangale menunjukkan bahwa Von Karman tidak pernah mengusulkan 100 kilometer sebagai batas dalam karyanya sendiri. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement