Selasa 24 Jul 2018 22:55 WIB

Kemen PPPA Kaji Formula Pembatasan Medsos bagi Anak

Banyak yang belum memahami bahaya penggunaan gawai ataupun medsos

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Media sosial
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Media sosial

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohanna Yambise mengungkapkan, pihaknya bersama kementerian terkait tengah mengkaji pembuatan kebijakan berkaitan dengan penggunaan gawai bagi anak. Kebijakan tersebut nantinya diharapkan bisa membatasi anak-anak Indonesia dalam penggunaan gawai, termasuk media sosial.

"(Pembatasan) Medsos salah satu yang kami sedang perjuangkan dengan beberapa menteri terkait, khususnya Kementerian Pendidikan. Sehingga nantinya mencoba membuat satu keputusan atau surat keputusan menteri bersama, yang membatasi penggunaan HP," kata Yohanna di Dyandra Convention Center Surabaya, Senin (23/7).

Yohanna menyatakan, pihaknya sudah mencoba berbicara dengan berbagai masyarakat, dan banyak yang belum memahami bahaya penggunaan gawai ataupun medsos bagi anak. Bahkan, sebagian dari mereka merasa teknologi ini masih dibutuhkan di sekolah, terutama untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.

Yohanna mengaku mendapat pesan singkat dari pendiri microsoft Bill Gates, dan juga dari Apple terkait bahaya penggunaan gawai dan medsos bagi anak. Bahkan, kata Yohanna, mereka benar-benar melindungi anak-anaknya dari penggunaan gawai dan medsos, dan baru bisa menggunakannya saat berusia 14 tahun.

"Karena mereka tahu bayaya penggunaan teknologi seperti ini pada anak, termasuk otak mereka. Jadi jangan sampai terlalu lama karena akan mengganggu anak mereka," ujar Yohanna.

Yohanna berpendapat, jika anaka kebanyakan menggunakan gawai dan medsos, daya nalar mereka akan berkurang. Itu tak lain karena mereka tidak bisa berpikir kritis mereka kebanyakan mengunduh, serta mengandalkan internet. Sehingga kemampuan berteori di kalangan anak Indoneaia akan menurun ketika mereka sadar, teknologi memanjakan mereka.

"Bisa juga sarjana-sarjana kita tinggak copy paste. Nantinya yang ada jadi sarjana copy paste ke depan. Padahal mereka berhadapan dengan dunia yang sangat kompetitif," kata Yohanna.

Yohanna juga mengaku terus melakukan sosialisasi kepada orang tua supaya mereka mengetahui bahaya penggunaan gawai dan medsos bagi anak. Dia pun meminta para orang tua belajar dari Australia yang melakukan penelitian terkait penggunaan gawai dan medsos.

Dimana mereka yang lebih banyak menggunakan gawai dan medaos memperoleh berbagai gangguan memori. Seperti sring lupa, gangguan pendengaran, gangguan mata dan lain sebagainya.

"Sementara yang tidak, umurnya panjang, tidak ada gangguan daya ingat, mereka lebih bagus. Itu akhirnya Australia kembali menggunakan telpon rumah. Itu negara-negara yang punya konsep antisipasi. Kalau kita punya konseps seperti itu, maka kita akan menyelamatkan anak-anak bangsa kita ke depan," ujar Yohanna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement