Selasa 24 Jul 2018 17:28 WIB

Gen Pengaruhi Betahnya Anak Belajar di Sekolah

Penelitian ini tak berpengaruh secara individu namun secara umum di Eropa

Rep: Dwina Agustin / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Anak-anak mengikuti kegiatan les bimbingam belajar di Global Learning Center, CIbubur, Jakarta, Selasa (6/3).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Anak-anak mengikuti kegiatan les bimbingam belajar di Global Learning Center, CIbubur, Jakarta, Selasa (6/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pencapaian pendidikan telah menarik minat yang besar dari peneliti dalam beberapa tahun terakhir. Sebab, ini terkait dengan banyak aspek kehidupan orang lain, termasuk pendapatan mereka sebagai orang dewasa, kesehatan secara keseluruhan, bahkan rentang kehidupan.

Studi genetika terbaru memuat penelitian ilmuwan internasional yang mengidentifikasi lebih dari seribu variasi dalam gen manusia. Gen itu yang mempengaruhi berapa lama seseorang membutuhkan waktu menyelesaikan sekolahnya.

Varian gen yang baru ditemukan hanya merupakan sebagian kecil dari perbedaan dalam pendidikan yang diamati antara sekelompok orang. Pengaruh lingkungan, yang mungkin termasuk kekayaan keluarga atau pendidikan orang tua, bersama-sama memainkan peran yang lebih besar.

Namun, ilmuwan telah lama mengetahui, susunan genetis menjelaskan beberapa perbedaan waktu yang dihabiskan di sekolah. Harapan mereka adalah bahwa data dapat digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang harus dilakukan pendidik untuk menjaga anak-anak di sekolah lebih lama.

Dengan pemahaman yang lebih lengkap tentang pengaruh yang diberikan oleh gen, ilmuwan berpikir mereka akan dapat mengukur apa yang terjadi ketika mereka mencoba memperbaiki lingkungan belajar anak. Studi baru, yang diterbitkan dalam jurnal Nature Genetics, menemukan banyak variasi genetik yang terlibat dalam pencapaian pendidikan terlibat dalam cara neuron berkomunikasi di otak.

Hal mencolok dengan keterlibaant dalam menyampaikan sinyal dari neuron dan ke tetangga melalui koneksi yang disebut sinapsis. Temuan ini didasarkan pada sekuensing genetik lebih dari 1,1 juta orang.

Namun, subjeknya semuanya orang kulit putih keturunan Eropa. Untuk memaksimalkan peluang menemukan kaitan genetik, para ilmuwan mengatakan mereka membutuhkan sampel yang sangat besar dan homogen.

Ketika tim mencoba menggunakan varian genetik ini untuk menjelaskan perbedaan waktu bersekolah di antara orang Afrika-Amerika, prediksi gagal. Peneliti juga menemukan, gen tidak memiliki efek yang seragam, seperti pengaruh gen bervariasi dari satu negara ke negara lain. Para peneliti tidak dapat menentukan penyebab perbedaan ini.

Namun, peneliti berspekulasi kalau pendidik di satu negara menekankan memori atas pemecahan masalah di kelas matematika. Maka beberapa varian gen dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi sebagian siswa daripada yang lain.

Data yang terkumpul tidak dapat digunakan untuk memprediksi pencapaian pendidikan pada anak sekolah tertentu. Peneliti mengingatkan, pola genetik hanya terlihat dalam kelompok besar, di setiap anak, genetika hanya akan memainkan peran kecil dalam berapa lama dia tinggal di sekolah.

"Ini tidak benar-benar bermakna bagi individu," kata ahli genetika di Universitas Vrije di Amsterdam Aysu Okbay, dikutip dari nytimes, Selasa (24/7).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement