REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Robot pembunuh seperti dalam film The Terminator seolah hanya ada dalam tayangan fiksi ilmiah. Namun, dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang pesat, bukan tidak mungkin hal serupa kelak dapat diciptakan.
Mencegah hal mengerikan tersebut, ribuan ilmuwan tergerak menandatangani ikrar yang menentang pengembangan senjata pembunuh otonom. Ikrar diteken pada konferensi tahunan International Joint Conference on Artificial Intelligence di Stockholm, Swedia.
"Kami yang bertanda tangan di bawah ini setuju bahwa pengambilan keputusan kehidupan manusia tidak boleh didelegasikan ke mesin. Kami tidak akan berpartisipasi atau mendukung pengembangan, pembuatan, perdagangan, atau penggunaan senjata otonom yang mematikan," demikian penggalan isi ikrar.
Sebanyak 170 organisasi dan 2.400 individu ambil bagian dalam ikrar yang digagas Future of Life Institute itu. Beberapa nama tersohor termasuk pendiri Tesla Elon Musk serta para penemu Google DeepMind yaitu Demis Hassabis, Shane Legg, dan Mustafa Suleyman.
Elon Musk salah satu orang yang menentang senjata otonom
Mereka sepakat pengembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) bisa berkontribusi dalam marabahaya di masa depan. Dengan kecerdasan yang terus dibangun itu, ada komponen moral yang harus dipertahankan selain potensi besar yang dimilikinya.
Senjata otonom yang disoroti bisa sangat mematikan dan membahayakan kestabilan banyak negara. Karenanya, ikrar turut meminta pemerintah global mengambil tindakan hukum di masing-masing negaranya untuk mencegah segala kemungkinan yang memicu kehancuran di masa depan.
Agustus 2017, aksi serupa dilakukan sebagai upaya pencegahan. Para pemimpin perusahaan teknologi menulis surat terbuka untuk memperingatkan PBB tentang 'perlombaan senjata' yang dapat memicu terjadinya peperangan, dikutip dari laman NPR.