Jumat 13 Jul 2018 17:43 WIB

Peneliti: Medsos Membuat Masyarakat dalam Kondisi Terasing

Di masyarakat tidak ada ikatan nyata. Seseorang hanya memikirkan dirinya sendiri.

Ilustrasi like atau love di media sosial.
Foto: Meetingnet
Ilustrasi like atau love di media sosial.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Muhammad Alie Humaedi mengatakan perkembangan teknologi membuat seseorang semakin mudah terhubung dan berkomunikasi. Namun, ia mengatakan, perkembangan teknologi komunikasi ini ternyata membuat masyarakat dalam kondisi terasing.

"Masyarakat kita sedang dalam kondisi teralienasi. Di masyarakat tidak ada ikatan nyata. Seseorang hanya memikirkan dirinya sendiri," kata yang dihubungi dari Jakarta, Jumat (13/7). 

Ali mengatakan semua orang, terutama generasi milenial, menggunakan media sosial untuk menunjukkan keberadaan atau eksistensinya. "Semua orang akan berusaha menunjukkan eksistensinya. Namun, bila cara-cara menunjukkan eksistensi itu terlampau tinggi dan melampaui batas nilai-nilai yang dianut masyarakat, seseorang bisa terkena imbas dari penggunaan media sosial," kata dia. 

Alie mengatakan akun media sosial atau aplikasi digital adalah sesuatu yang melekat pada diri seseorang. Melalui media sosial, seseorang ingin menunjukkan keberadaannya atau mendapatkan pujian, bahkan kerap kali ingin dipuja.

"Apa tujuannya? Mungkin di ruang nyata, eksistensi orang tersebut tidak diakui. Mungkin saja aktivitas di media sosial adalah pelarian dari eksistensi yang tidak diakui di dunia nyata," tuturnya.

Menurut Alie, penggunaan media sosial dan aplikasi digital lainnya akan dialami dan disentuh setiap orang sebagai dampak dari perkembangan teknologi. Dengan perkembangan teknologi tersebut, setiap orang semakin mudah menunjukkan keberadaan atau eksistensinya melalui berbagai media sosial dan aplikasi digital lainnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement