Kamis 12 Jul 2018 08:27 WIB

Kehidupan Setelah Bencana Nuklir Chernobyl

Ledakan Chernobyl menghasilkan sisa-sisa radioaktif yang dahsyat.

Lokasi bekas ledakan Chernobyl.
Foto: sciencealert
Lokasi bekas ledakan Chernobyl.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak lama setelah tengah malam pada 26 April 1986, nama Chernobyl identik dengan bencana nuklir. Pembangkit listrik tenaga nuklir di Ukraina bagian utara meledak setelah uji keamanan. Ledakan ini menghasilkan sisa-sisa radioaktif yang dahsyat.

Dilansir dari Sciencealert, terdapat zona seluas 2.600 kilometer persegi di dekat lokasi yang secara tidak sengaja telah menjadi semacam cagar alam. Data sensus menunjukkan beberapa populasi bisa hidup di lokasi tersebut. Tentu saja bukan populasi manusia.

Tetapi penelitian bertahun-tahun tentang ekosistem zona itu juga menunjukkan banyak kehidupan yang 'terpukul' karena belum mampu beradaptasi dengan sisa-sisa radiasi. Tak disangka, ada juga organisme yang tumbuh subur dalam kondisi ini.

Fosil 'Raksasa Pertama' Ditemukan di Argentina

Banyak mikroba cepat tumbuh dalam kondisi ini. Jamur kaya melanin seperti Cladosporium sphaerospermum, Cryptococcus neoformans, dan Wangiella dermatitidis menjadi 'penguasa' di lokasi dekat bekas ledakan Chernobyl. Penelitian menunjukkan bahwa jamur-jamur ini dapat menahan radioaktif pembangkit listrik.

Bencana nuklir sering identik sengan tanah gundul dan rumput kering. Namun masih ada kehidupan pepohonan di sekitar Chernobyl. Tidak semua tanaman tumbuh dengan baik di Chernobyl. Sekitar 10 kilometer persegi, hutan pinus dijuluki Hutan Merah karena mengalami kerusakan. Radiasi mengubah daun mereka menjadi coklat. Banyak dari pohon-pohon itu dibuldoser.

Tetapi tanaman di lokasi lain telah menemukan cara-cara cerdas untuk mengatasi peningkatan radiasi. Sebuah studi tentang kedelai yang tumbuh di zona terlarang Chernobyl dibandingkan dengan tanaman yang ditanam sejauh 100 kilometer (lebih dari 60 mil).

Para peneliti menemukan tanaman yang terpapar tidak benar-benar berkembang. Namun tanaman ini  berhasil bertahan dengan memompa protein yang diketahui dapat mengikat logam berat dan mengurangi kelainan kromosom pada manusia.

Populasi burung adalah beberapa yang paling terdampak bencana nuklir. Satu studi pada 550 spesimen yang mencakup hampir 50 spesies menemukan radiasi berdampak pada perkembangan syaraf burung, dengan penurunan volume otak yang signifikan. Burung betina mati dalam jumlah yang lebih besar daripada jantan.

Burung dengan bulu yang lebih cerah juga mengalami kerugian dari bencana ini. Para peneliti menemukan penurunan populasi yang lebih kuat pada spesies tersebut.

Penemuan paling mengejutkan di zona bebas manusia Chernobyl adalah mamalia yang cepat kembali ke hutan. Hewan yang lebih besar, termasuk rusa dan babi hutan, juga telah kembali dalam beberapa dekade terakhir ke hutan. Uniknya populasi srigala justru meningkat di lokasi sekitar Chernobyl.

"Ini tidak berarti radiasi baik untuk satwa liar, hanya saja efek tempat tinggal bagi manusia untuk bertani, dan berhutan jauh lebih buruk," kata Jim Smith dari Universitas Portsmouth.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement