Senin 09 Jul 2018 16:02 WIB

20 Tikus Dikirim ke Stasiun Luar Angkasa, Buat Apa Ya?

Ilmuwan akan mempelajari kotoran tikus.

Aktivitas di ISS.
Foto: NASA via science alert
Aktivitas di ISS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Astronaut di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) bersiap memberi ruang bagi 20 tikus. Jumat akhir bulan lalu, pesawat luar angkasa SpaceX Dragon meluncur dari Florida membawa tikus. 'Kru' tikus diharapkan tiba di ISS pada hari Senin awal bulan Juli.

Ini adalah perjalalan tikus terpanjang yang mungkin akan memecahkan rekor dunia. Penelitian menggunakan tikus ini merupakan bagian dari studi bagaimana ruang angkasa bisa mengubah fisiologi dan perilaku tikus. Penelitian Badan Antariksa AS (NASA) ini dipimpin oleh ahli neurobiologi Fred Turek dan Martha Vitaterna dari Northwestern University.

Dilansir dari Bussines Insider, sepuluh ekor tikus rencananya akan berada di ruang angkasa selama tiga bulan. Sementara, sepuluh ekor sisanya akan tinggal di ISS. "Sembilan puluh hari mungkin tidak terasa lama, tetapi untuk tikus itu lama," kata Vitaterna.

Dia menjelaskan ruang angkasa memberikan dampak lebih hebat kepada tikus dibandingkan manusia. Nantinya, hasil penelitian akan dibandingkan dengan 'saudara kembar' tikus yang tetap berada di Bumi.

Sebanyak 20 tikus di Bumi akan hidup di dalam simulator NASA yang akan meniru kondisi tikus yang berada pada ISS. Ilmuwan juga akan menempatkan tikus lain dalam kelompok kontrol yang tidak tinggal di simulator ISS. Setiap dua pekan, astronaut di ISS dan ilmuwan di Bumi akan mengambil sampel kotoran dari semua tikus untuk membandingkan kotoran mereka.

Para ilmuwan berharap bisa memepalajari lebih banyak tentang bagaimana perilaku tikus dipengaruhi oleh perjalanan ruang angkasa dan kehidupan di ISS. Ilmuwan akan meneliti seberapa banyak tubuh tikus di ruang angkasa berubah relatif terhadap 'saudara' mereka di Bumi menggunakan perangkat pengukuran massa khusus.

Para peneliti akan menonton video dari tikus untuk melacak perubahan dalam siklus tidur tikus, dan memantau kepadatan tulang hewan. Seringkali tulang dan otot manusia menjadi menjadi jauh lebih lemah dalam ruang angkasa.

Ini bukan pertama kali NASA membandingkan saudara kembar yang berada di Bumi dan ruang angkasa. Astronaut Scott Kelly pernah menghabiskan satu tahun di luar angkasa. Para ilmuwan lalu membandingkan keadaannya dengan saudara kandung Scott di Bumi yaitu Mark.

Menurut Vitataerna penelitian menggunakan tikus serupa dengan penelitian yang melibatkan Scott kelly namun unggul dalam hal statistik. Dia mencontohkan bakteri usus Scott Kelly berubah, tetapi para ilmuwan tidak yakin seberapa banyak hanya karena perbedaan dalam diet.

"Jadi tikus akan memiliki kontrol laboratorium yang lebih ketat atas apa yang mereka makan daripada yang manusia lakukan," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement