REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan berkembang dengan kecepatan yang meningkat dan ukuran data yang diperlukan untuk pembelajaran mesin dapat menempatkan biaya sumber daya komputasi di luar jangkauan untuk perusahaan kecil dan menengah.
Guna mengoptimalisasi kekuatan aritmatika AI yang tidak merata, serta perlindungan privasi data, teknologi solusi industri masa depan ‘Blockchain’ kembali menghadirkan inovasi melalui ‘Deep Brain Chain’ (DBC).
Deep Brain Chain merupakan pionir platform komputerisasi AI berbasis teknologi blockchain. DeepBrain Chain hadir guna menjawab sejumlah kendala industri saat ini, antara lain masalah kekuatan artimatika AI yang tidak merata, optimalisasi kekuatan artimatika AI, dan perlindungan privasi data.
Ketua penasehat AI DeepBrain Chain, Jiang HongQuan yang juga sebagai Direktur Bosch Mitra Ventura Grup Jerman, menyampaikan, jika dilihat dari segi keunggulan kompetitif, cloud computering terpusat tradisional untuk multi-penyewa, tidak memiliki visibilitas, dan tidak cocok untuk jaringan dan penyedia layanan.
"Ketergantungan akan membawa banyak masalah dalam hal privasi dan keamanan, DeepBrain Chain dalam memecahkan permasalahan ini dapat memberikan perusahaan AI dukungan maksimal dengan harga terendah," katanya dalam siaran persnya, Kamis (27/6).
Jiang HongQuan resmi menjabat sebagai ketua penasihat AI DeepBrain Chain sejak 23 Juni lalu. Sebelum bergabung dengan Bosch Grup, Jiang adalah seorang ilmuwan peneliti di Institut Fraunhofer fakultas Reliability and Micro-Integration di Berlin, Jerman.
"Suatu kehormatan mendapatkan kesempatan untuk melihat dan berpartisipasi dalam kesuksesan model bisnis yang belum pernah ada sebelumnya,” ungkapnya.