REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemanasan global diperkirakan akan membuat sayuran menjadi langka secara signifikan di seluruh dunia. Para peneliti mengungkapkan sayuran bisa saja ada dengan praktik-praktik baru yang berkembang dan adopsi varietas tanaman yang kuat.
Seperti dikutip dari Malay Mail awal pekan ini, laporan Prosiding National Academy of Sciences (PNAS) menyatakan pada akhir abad ini akan terjadi kekeringan dan udara panas. Akibatnya hasil rata-rata produksi sayuran menurun hampir sepertiga.
Kenaikan suhu sebesar empat derajat celcius akan mengurangi hasil rata-rata sebanyak 31,5 persen. "Studi kami menunjukkan perubahan lingkungan seperti peningkatan suhu dan kelangkaan air dapat menjadi ancaman nyata bagi produksi pertanian global dengan kemungkinan dampak lebih lanjut pada keamanan pangan dan kesehatan penduduk," kata penulis utama Pauline Scheelbeek dari London School of Hygiene and Tropical Medicine.
Wilayah Eropa Selatan, sebagian besar Afrika dan Asia Selatan mungkin akan sangat terpengaruh. Selain itu, temuan ini didasarkan pada tinjauan sistematis dari 174 studi yang meneliti dampak paparan lingkungan terhadap hasil dan kandungan gizi sayuran dan kacang-kacangan sejak 1975.
Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan kemungkinan peningkatan hasil panen ketika karbondioksida meningkat. Tetapi tinjauan saat ini menemukan hal semacam itu tidak akan terjadi karena gas rumah kaca yang lebih tinggi, berkurangnya ketersediaan air untuk irigasi dan naiknya suhu.
"Kami telah mengumpulkan semua bukti yang ada tentang dampak perubahan lingkungan pada hasil dan kualitas sayuran serta kacang-kacangan untuk pertama kalinya," kata penulis senior Alan Dangour.