Senin 11 Jun 2018 16:43 WIB

Resistensi Antibiotik Bisa Diatasi Virus Anti-bakteri

Bakteriofag diyakini bisa menjadi cara melawan bakteri yang kebal antibiotik

Rep: Santi Sopia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ilusutrasi Bakteri
Foto: pixabay
Ilusutrasi Bakteri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meningkatnya kekebalan bakteri terhadap antibiotik telah menjadi masalah kesehatan dunia saat ini. Namun, baru-baru ini para peneliti menemukan bahwa sebuah virus justru bisa mengatasi masalah resistensi antibiotik yang semakin meningkat.

Dilansir laman The Guardian, Senin (11/6), contohnya sebuah penelitian menunjukkan bahwa koktail bakteriofag, atau "phages", tidak menghasilkan efek samping ketika diberikan kepada individu yang memiliki masalah gastrointestinal. Justru upaya itu telah mampu mengurangi spesies bakteri tertentu.

Baca: Ilmuwan Cari Cara Perangi Kuman Kebal Antibiotik

"(Phages) adalah alternatif yang bagus untuk antibiotik," kata blogger nutrisi dan konsultan ilmiah Dr Taylor Wallace dari George Mason University, Virginia. Wallace mempresentasikan hasil penelitiannya pada pertemuan tahunan American Society for Nutrition di Boston.

Para ahli mengatakan, resistensi mikroba terhadap antibiotik, sebagian besar dipicu oleh penggunaan yang berlebihan dan penyalahgunaan obat-obatan. Hal itu telah membuat dunia menghadapi "kiamat pasca-antibiotik yang mengerikan" karena pengobatan tersebut menjadi tidak efektif.

Penelitian baru, didanai oleh perusahaan probiotik Deerland Enzymes, membagi 32 peserta, yang semuanya melaporkan masalah gastrointestinal berulang tetapi dinyatakan sehat, menjadi dua kelompok. Satu kelompok diberi kapsul plasebo selama empat pekan, sedangkan kelompok lain diberi kapsul strain fag yang diperkirakan akan menyerang bakteri E coli.

Setelah empat pekan, kedua kelompok berhenti mengonsumsi kapsul mereka, kemudian dua pekan kemudian, peserta bertukar kapsul.

Temuan mengungkapkan bahwa tidak ada efek samping dari fag, tetapi kokain tampaknya memiliki beberapa dampak, termasuk terhadap penurunan tingkat protein yang terkait dengan peradangan dan alergi serta hilangnya spesies bakteri tertentu.

Martha Clokie, profesor mikrobiologi dari Universitas Leicester, menyambut baik penelitian ini. Clokie mengatakan fag memang berguna menghilangkan bakteri tertentu yang telah menyebabkan infeksi atau menyembuhkan kondisi yang dikenal sebagai dysbiosis.

Sebaliknya, antibiotik malah sering menghapus mikroba yang "baik" dan "jahat"."Phages dapat mengambil bakteri spesies tertentu dan bermanfaat, untuk tumbuh," kata Clokie.

Aras Kadioglu, profesor patogenesis bakteri di Universitas Liverpool juga optimistis terkait penelitian itu, meskipun belum dipublikasikan. Penggunaan fag, menurutnya, dapat menyeimbangkan mikrobiota usus yang terganggu setelah infeksi maupun mengatasi resistensi antibiotik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement