Senin 11 Jun 2018 15:41 WIB

Kapal Angkatan Laut AS 'Dibobol' Peretas Cina

Peretas Cina mencuri 614 giga byte data proyek rahasia dari kapal tersebut

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Hacker (Ilustrasi)
Foto: Agung Supriyanto/Republika
Hacker (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Komputer Angkatan Laut AS dibobol oleh peretas Cina, yang mencuri ratusan gigabyte informasi tentang proyek rahasia. Peretasan itu terjadi pada bulan Januari dan Februari tahun ini.

Targetnya adalah kontraktor tanpa nama yang bekerja dengan Naval Undersea Warfare Centre, yang digunakan Angkatan Laut sebagai pusat penelitian, pengembangan, pengujian dan evaluasi, teknik dan armada untuk kapal selam, sistem bawah laut otonom dan sistem senjata ofensif dan defensif yang terkait dengan laut.

Dikutip dari The Verge, Senin (11/6), peretas mencuri 614 giga byte data dari kontraktor, terkait dengan proyek yang disebut Sea Dragon. Proyek rahasia tersebut disebut Departemen Pertahanan sebagai disruptive offensive capability, yang diintegrasikan ke sistem senjata yang ada dengan platform Angkatan Laut.

Bahkan, proyek ini juga digambarkan sebagai rudal anti-kapal supersonik untuk digunakan di kapal selam. Proyek ini dimulai pada tahun 2012, dan akan mulai diuji pada bulan September 2018.

Selain informasi tentang Sea Dragon, peretas mencuri sinyal dan data sensor, informasi ruang radio bawah laut yang berkaitan dengan sistem kriptografi, dan unit pengembangan kapal selam Angkatan Laut perpustakaan peperangan elektronik.

Sebelumnya para peretas Cina disebut membidik Korea Selatan (Korsel) dalam pertemuan bersejarah antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara (Korut). FireEye, lembaga yang bergerak di bidang keamanan siber dan berbasis di AS, belum lama ini mengungkap prediksinya kepada Independent.

Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong-un dijadwalkan bertemu pada 12 Juni mendatang di Singapura. Momen tersebut dimanfaatkan para peretas untuk menyerang dua institusi penting Korsel. Kementerian Luar Negeri dan lembaga keuangan disebut sebagai target para peretas itu.

FireEye memperkirakan serangan siber akan makin intens menyasar Korsel menjelang pertemuan Trump dan Kim. "Korsel selama ini sering menjadi target mata-mata siber. Kendati demikian, ancaman terbesar masih didalangi Korut. FireEye meyakini peretas di Cina dan Rusia juga menargetkan Korsel," kata Ben Read, analis spionase siber di FireEye.

"Dengan meningkatnya atensi hubungan antardua negara Korea dalam pertemuan Trump dan Kim, kami meramalkan serangan siber juga makin gencar," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement