Rabu 23 May 2018 20:15 WIB

Perubahan Iklim Bisa Sebabkan Resistensi Antibiotik

Tim peneliti juga menemukan resistensi antibiotik dan temperatur terus meningkat

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Obat-obatan antibiotika. Ilustrasi
Foto: .
Obat-obatan antibiotika. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan iklim diketahui mendatangkan kerusakan di muka bumi. Mencairnya es di kutub menyebabkan perubahan cuaca sulit diprediksi dan membuat populasi hewan terancam.

Bahkan dalam sebuah penelitian baru ditemukan perubahan iklim dapat meningkatkan resisten antibiotik pada bakteri. Tim epidemiolog dari sejumlah lembaga keilmuan menyebut temperatur serta kepadatan penduduk yang tinggi di suatu daerah sejalan dengan resisten antibiotik pada bakteri.

Sebelumnya, peningkatan resisten terhadap bakteri dianggap berasal dari konsumsi antibiotik secara sembarangan. Pada 2016 Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit memperkirakan bahwa 30 persen resep antibiotik tidak diperlukan.

"Dampak iklim dikenali dalam berbagai infeksi penyakit, namun sejauh ini dari yang kami ketahui, ini merupakan pertama kalinya berdampak pada antibiotik yang berasal dari daerah lain," kata ketua tim peneliti Derek MacFadden.

Dia menambahkan, tim peneliti juga menemukan sebuah tanda bahwa keterkaitan antara resisten antibiotik dan temperatur dapat meningkat dari waktu ke waktu.

Peneliti menemukan bahwa peningkatan suhu 50 derajat Fahreheit atau 10 derajat celcius dikaitkan dengan peningkatan resisten antibiotik bakteri E.coli (4,2 persen), K. pneuumoniae (2,2 persen) dan S. aureus (3,6 persen). Tim peneliti juga menemukan bahwa peningkatan temperatur juga berpengaruh pada kepadatan penduduk yang resisten terhadap antibiotik.

Mereka menemukan bahwa peningkatan populasi 10 ribu orang per meter persegi dikaitkan dengan tiga dan enam persen peningkatan resisten antibiotik pada Gram-negative E. Coli dan K. Pneumoniae.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement