Kamis 10 May 2018 12:15 WIB

Mengapa tak Ada Tempat Seindah Kampung Halaman?

Kata 'rumah' berkonotasi lebih dari sekadar sebuah rumah

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
Perumahan yang baru dibuat
Foto: Republika
Perumahan yang baru dibuat

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sebagian dari kita mungkin menyebutkan lebih dari satu daerah yang dirasa memiliki keterikatan emosional. Dari sekian banyak nama tempat itu, kampung halaman sering berada di urutan pertama.

Mengapa tak ada tempat seindah kampung halaman?

Dilansir dari Live Science, Kamis (10/5), psikolog menyebut hal ini sebagai topophilia, tempat yang memiliki ikatan kuat dengan kita, berkaitan dengan pengalaman penggunaan terhadap ruang, apakah itu rumah masa kecil, ladang, atau hutan di mana Anda biasa bermain dan berkasih sayang dengan keluarga terkasih. Kata 'rumah' berkonotasi lebih dari sekadar sebuah rumah. Ini bisa mencakup orang, tempat, benda, dan kenangan.

Studi Pew 2008 meminta orang-orang untuk menyebutkan tempat di hati mereka yang dianggap rumah. Sebanyak 26 persen mengatakan rumah adalah tempat mereka dilahir dan dibesarkan, 22 persen mengatakan rumah adalah tempat di mana mereka tinggal saat ini, 18 persen mengatakan rumah sebagai tempat mereka tinggal paling lama, sementara 15 persen mengatakan rumah adalah tempat di mana sebagian besar keluarga besarnya tinggal.

Anda mungkin sering ditanya, "Dari mana asalnya?" Tak jarang Anda berpikir sejenak menjawab pertanyaan tersebut. Kedua orang tua Anda mungkin saja berasal dari Aceh, namun Anda dilahirkan dan dibesarkan di Bogor. Lalu, apa jawabannya?

Budaya berkembang dari waktu ke waktu, namun benang merah dari pertanyaan itu muncul. Tidak peduli dari mana Anda berasal, orang cenderung berpikir rumah adalah tempat di mana di sana ada ketertiban, kedamaian, ketenangan, tidak ada kekacauan, dan tidak bisa ditemukan di tempat lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement