Kamis 10 May 2018 08:23 WIB

Perubahan Iklim Pengaruhi Kepribadian Manusia

Suhu dan cuaca bisa membentuk kepribadian dengan memengaruhi kebiasaan orang.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
Antisipasi perubahan iklim
Foto: ILS
Antisipasi perubahan iklim

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kepribadian seseorang salah satunya dibentuk suhu dan cuaca tempatnya dibesarkan. Ini berdasarkan sebuah studi yang dilakukan Psikolog Sosial dari Peking University, Lei Wang bersama rekan-rekannya di Beijing.

Suhu dan cuaca bisa membentuk kepribadian dengan memengaruhi kebiasaan orang. Suhu bisa berdampak pada apakah seseorang suka menjelajah lingkungan mereka, berinteraksi dengan orang lain, mencoba kegiatan baru, dan beraktivitas di luar ruangan, seperti bertani dan berkebun.

Bukannya melihat apakah seseorang tumbuh di iklim panas atau dingin ekstrem, peneliti melakukan pendekatan lebih sederhana. Mereka melihat apakah seseorang tumbuh di iklim yang lebih ringan, sekitar 22 derajat celsius.

Peneliti melakukan dua studi terpisah di dua negara besar yang berbeda secara budaya, yaitu Cina dan Amerika Serikat. Peneliti melihat data dari kedua negara dengan menghilangkan efek pengganggu dari faktor-faktor, seperti perbedaan budaya atau ekonomi yang mungkin bisa memengaruhi kepribadian subyek.

Lei menganalisis data lebih dari 5.500 orang di 59 daerah di Cina, serta 1,66 juta orang dari sekitar 12.500 daerah di AS. Mereka memeriksa data dari kuisioner kepribadian serta suhu rata-rata tempat di mana orang-orang tersebut tinggal.

Peneliti menemukan orang yang tumbuh di iklim dengan suhu lebih rendah umumnya berkepribadian menyenangkan, teliti, stabil secara emosional, terbuka, dan mau mencoba pengalaman baru. Temuan ini berlaku di kedua negara, meski jenis kelamin, usia, dan pendapatan rata-rata mereka bervariasi.

"Ada kemungkinan suhu ringan atau rendah memengaruhi kepribadian dengan mendorong orang-orang lebih berinteraksi secara sosial dan mencoba kegiatan lebih luas," kata Lei, dilansir dari Live Science, Kamis (10/5).

Psikolog lintas budaya dari Groningen University, Belanda, Evert Van de Vliert mengatakan temuan baru ini tidak menunjukkan bahwa iklim satu-satunya faktor yang membentuk kepribadian seseorang. Ini karena dengan cerdas dan aktif manusia bisa menciptakan identitas dan nasib mereka sendiri di iklim yang lebih keras sekali pun.

"Sebagai contoh, di Cina, orang-orang di Xinjiang dan Shandong yang tinggal di daerah beriklim keras dan panas justru lebih kolektif dan terbuka dibanding mereka yang tinggal di iklim sedang, seperti Sichuan, Guandong, dan Fujian," kata Van de Vliert.

Meski demikian, semua peneliti sepakat bahwa perubahan iklim yang terus berlanjut di seluruh dunia berpotensi mengubah beberapa kepribadian manusia. Seberapa besar ukuran dan tingkat perubahannya masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement