REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semua perusahaan besar digital tersebut tidak muncul dan sukses dengan jalan yang mudah. Semua menghadapi jatuh bangun dan umumnya para pendirinya tidak dibekali pendidikan khusus yang terprogram sejak awal untuk membangun seperti apa yang sudah besar dan sedang mereka jalankan sekarang ini.
"Ini disebabkan karena ekosistem digital tidak muncul begitu saja dengan mudah. Dunia kewirausahaan seperti menghadapi tantangan besar dengan fenomena digitalisasi, sehingga banyak orang seperti berjalan dalam kegelapan meraba-raba," ujar Dekan Sekolah Bisnis dan Ekonomi (SBE) Universitas Prasetiya Mulya, Agus W Soehadi, dalam siaran persnya, Sabtu (5/5).
Dari pertemuan dengan dekan-dekan sekolah bisnis di Asia Pasifik, ada arus kuat bahwa sekolah-sekolah bisnis yang dulu berorientasi pada profesional kini bergeser ke arah entrepreneurship. "Sayangnya, pendidikan kewirausahaan sekarang ini belum bisa dikatakan well-established,” katanya.
“Seperti sekarang ini, kita seperti gamang menghadapi arus digitalisasi bisnis yang tak bisa dibendung oleh siapa pun. Dalam situasi yang serba kompleks ini kita membutuhkan mentor dan ekosistem yang mendukung semua pihak”, ujarnya.
Untuk itulah, menurut Agus, program NVI Prasetiya Mulya menjadi penting dibangun. “Gambarannya bila tanpa pendidikan yang terstruktur, seperti yang kita rancang untuk para startup ini, jatuhnya berkali-kali, diharapkan dengan pendidikan yang terstruktur jatuhnya cukup beberapa kali saja dan cepat bangun”, ujar Agus.
Seperti diketahui, perubahan besar sedang terjadi dalam lanskap bisnis dewasa ini. Kalau dulu perusahaan-perusahaan besar dan berpengaruh di dunia dikuasai oleh sektor-sektor industri pertambangan, energi, perbankan dan sejenisnya, kini dan lima tahun terakhir beralih ke perusahaan-perusahaan digital.
“Lima belas tahun yang lalu, perusahaan-perusahaan besar di Amerika dikuasai oleh sektor kalau tidak minyak, retailer besar dan bank. Lima tahun yang lalu sampai sekarang, lima besar perusahaan terbesar itu digital ada Apple, Google, Alphabet, Amazon, Facebook, Microsoft," ujar Managing Director Kejora Ventures, Andy Zain.
Ia mengungkapkan, dari sebanyak 20 orang terkaya di Amerika, tujuh di antaranya adalah datang dari (perusahaan) digital. "Ada di Cina, dari dua puluh orang terkaya di sana, delapan di antaranya adalah orang digital,” kata Andy saat peluncuran Innovation Hub dan program magister manajemen (MM) baru bernama New Venture Innovation (NVI) di Universitas Prasetiya Mulya, Kampus Cilandak, Kamis (3/5) lalu.