Rabu 09 May 2018 08:31 WIB

Perusahaan Cina Gunakan Sensor Otak Pantau Emosi Pekerja

Perangkat ini dinilai mampu mengurangi kecelakaan sekaligus meningkatkan keuntungan.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Ani Nursalikah
Pekerja menyelesikan pekerjaan dekat patung raksasa robot di taman rekreasi Oriental Science Fiction Valley di Guiyang, Provinsi Guizhou, Cina.
Foto: Joseph Campbell/Reuters
Pekerja menyelesikan pekerjaan dekat patung raksasa robot di taman rekreasi Oriental Science Fiction Valley di Guiyang, Provinsi Guizhou, Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perusahaan di seluruh Cina akan menggunakan sensor gelombang otak untuk menganalisa kesehatan mental pekerja. Dilansir dari Gizmodo, Rabu (3/5), puluhan pabrik kini sudah mewajibkan pekerja memakai perangkat yang menggunakan kecerdasan buatan untuk memantau emosi mereka.

Secara nirkabel, sensor-sensor tertanam di pinggiran helm pekerja perusahaan listrik dan topi konduktor kereta berkecepatan tinggi. Perangkat memantau gelombang otak pekerja, mendeteksi lonjakan dan penurunan aktivitas emosional yang terkait dengan kepanikan, kelelahan, kesedihan dan emosi lain.

Sejumlah perusahaan juga telah menambahkan sensor ke headset VR untuk memantau bagaimana para trainee (peserta pelatihan) menanggapi lingkungan virtual yang dimodelkan sesuai skenario kerja. Perangkat ini dilaporkan sudah diadopsi  perusahan listrik untuk pekerja yang memiliki pekerjaan berisiko tinggi.

Misalnya, kondektur kereta atau teknisi listrik yang memasang dan memperbaiki jaringan listrik. Alat serupa juga bisa mendeteksi kelelahan, menimbulkan alarm ketika menangkap sinyal tertidur.

Jika sistem menandai pekerja tertentu sedang mengalami stres, manajemen perusahaan bisa meminta pekerja menghilangkannya terlebih dahulu. Misal, dengan mengambil jeda selama sejam, memecat mereka pada hari itu atau bahkan mendemosikan mereka ke posisi yang berbeda.

Pejabat perusahaan menilai, perangkat ini mampu mengurangi kecelakaan sekaligus meningkatkan keuntungan. Seorang pejabat yang menjalankan program 'pengawasan emosional' di State Grid Zheijang Electric Power menjelaskan, keuntungan telah meningkat hingga 315 juta dolar AS sejak perusahaan mulai menggunakan perangkat pada 2014.

Tapi, di sisi lain, perangkat ini menimbulkan kontra. Seberapa banyak pekerja yang harus dipecat atau dipaksa mengambil istirahat karena hasil pemindaian otak berdasarkan perangkat?

Profesor Manajemen Psikologi di Beijing Normal University, Qiao Zhian, menjelaskan, pikiran manusia tidak boleh diekspolitasi untuk keuntungan. Menurutnya, tidak ada undang-undang atau peraturan menggunakan peralatan semacam ini di Cina.

"Atasan mungkin memiliki insentif yang kuat menggunakan teknologi tersebut guna keuntungan lebih tinggi. Tapi, para pekerja biasanya berada dalam posisi yang terlalu lemah untuk mengatakan tidak," ujarnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement